Sabtu, 21 Desember 2013

laporan lengkap mikrobiologi


 I. PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
            Pengetahuan alat merupakan salah satu faktor yang penting untuk mendukung kegiatan praktikum. Siswa akan terampil dalam praktikum apabila mereka mempunyai pengetahuan mengenai alat-alat praktikum yang meliputi nama alat, fungsi alat, dan cara menggunakannya. Pengetahuan alat yang kurang akan mempengaruhi kelancaran saat praktikum. Sebagai contoh, selama praktikum siswa dilibatkan aktif dengan pemakaian alat dan bahan kimia. Siswa yang menguasai alat dengan baik akan lebih terampil dan teliti dalam praktikum sehingga siswa memperoleh hasil praktikum seperti yang diharapkan (Laila, 2006).
     Dalam suatu laboratorium, ada banyak jenis alat-alat yang digunakan, salah satu jenis alat yang sering digunakan dalam laboratorium mikrobiologi adalah alat sterilisasi. Dalam laboratorium, sterilisasi media dilakukan dengan menggunakan autoklaf yang menggunakan tekanan yang disebabkan uap air, sehingga suhu dapat mencapai 1210C. Sterilisasi dapat terlaksana bila mencapai tekanan 15 psi dan suhu 1210C selama 15 menit. Media biakan yang telah disterilkan harus diberi penutup agar tidak dicemari oleh mikroorganisme yang terdapat disekelilingnya (Lay,W.B,1994).
     Pemanasan basah bertekanan tinggi (autoklaf) dapat digunakan untuk mensterilkan larutan komponen media, bahan dan alat-alat yang tahan terhadap pemanasan tinggi. Sterilisasi ini lebih baik dibandingkan sterilisasi dengan pemanasan kering karena dengan autoklaf tidak hanya mematikan mikroorganisme tapi juga mematikan sporanya. Waktu sterilisasi sangat bervariasi, tergantung dari ukuran obyek yang disterilkan. Lamanya waktu sterilisasi bahan cair (air, media) tergantung pada volume cairan yang disterilkan. Sterilisasi alat gelas dan metal dapat dilakukan dengan pemanasan kering (oven) (Novilia, 2008).   
     Sterilisasi peralatan dapat digunakan dengan api dan bahan kimia seperti methanol, dan sejenisnya. Sterilisisasi juga dapat dilakukan dengan alat sterilisasi seperti autoklaf. Autoklaf merupakan alat yang dikhususkan utukmensterilkan alat, media dan bahan dari mikroba yang ada, sistem kerja autoklaf adalah memecah membran sel yang ada dalam mikroba dengan uap panas bertekanan 10-30 lbs/inchi dan temperature 134oC (maksimum). Berdasarkan penggunaannya, autoklaf terbagi menjadi 2, yaitu autoklaf kalsik dan autoklaf modern (lihat hasil percobaan). Cara pengoperasian autoklaf modern yaitu dengan sistem digital, sehingga waktu, suhu dan tekanan dapat diatur dengan mudah untuk sterilisasi alat. autoklaf modern bekerja lebih baik dibandingkan dengan autoklaf klasik yang cara pengoperasiannya masih manual, sehingga sterilisasi alat sebelum digunakan menggunakan autoklaf modern, dan sterilisasi alat setelah digunakan menggunakan autoklaf klasik (Winarno, 1999).
     Selain alat sterilisasi ada juga jenis alat yang dikhususkan untuk pengerjaan mikroba, seperti Laminar Air Flow dan enkas. Laminar air flow ditujukan untuk pengerjaan bakteri, sedangkan enkas digunakan untuk perkembangbiakan jamur dan kapang. Kedua alat ini telah dilengkapi dengan sinar UV (apabila dihidupkan) untuk menghambat pertumbuhan mikroba (Hadiutomo, 1990).
B.     Tujuan dan manfaat
Tujuan dari praktikum ini adalah agar kita dapat mengenal dan mengetahui cara menggunakan alat-alat laboratorium dalam praktikum Mikrobiologi Industri Serta kita dapat mengetahui metode aseptis yang dipergunakan dalam praktikum Mikrobiologi Industri.
Manfaat dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui cara menggunakan alat-alat laboratorium.


















II. TINJAUAN PUSTAKA
Pada dasarnya setiap alat mmiliki nama yang menunjukkan kegunaan alat, prinsip kerja atau proses yang berlangsung ketika alat digunakan. Beberapa kegunaan alat dapat dikenali berdasarkan namanya. Penamaan alat-alat yang berfungsi mngukur biasanya diakhiri dengan kata meter seperti thermometer, hygrometer, dan spektrofotometer. Alat-alat pengukur yang disertai dengan informasi tertulis, biasanya diberi tambahan “graph” seperti thermograph, barograph (Firebiology, 2007).
Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu kita harus mengenal atau mengetahui tentang alat-alat yang digunakan dalam melakukan praktikum tersebut. Hal ini berguna untuk mempermudah kita dalam melaksanakan percobaan, sehingga resiko kecelakaan di laboratorium dapat ditanggulangi. Kebersihan dan kesempurnaan alat sangat penting untuk bekerja di laboratorium. Alat yang kelihatan secara kasat mata, belum tentu bersih, tergantung pada pemahaman seorang analis mengenai apa artinya bersih. Alat kaca seperti gelas piala atau erlenmeyer paling baik dibersihkan dengan sabun atau deterjen sintetik. Pipet, buret, dan labu volumetrik mungkin memerlukan larutan deterjen panas untuk bisa bersih benar (Day & Underwood, 1998).
Ketetapan hasil analisa kimia sangat tergantung pada mutu bahan kimia dan peralatan yang dipergunakan, disamping pengertian pelaksanaan tentang dasar analisa yang sedang dikerjakan serta kecermatan dan ketelitian kerjanya sendiri. Ketelitian dan kecermatan kerja, selain merupakan sifat pribadi seseorang akan dapat pula diperoleh karena bertambahnya pengamatan kerja seseorang sehingga menjadi kebiasaan yang berguna bagi kelancaran kerjanya. Penanganan bahan kimia dan peralatan pokok yang banyak dipergunakan merupakan persyaratan penting demi keselamatan dan hasilnya pekerjaan analisa kimia (Day & Underwood, 1998).
Analisa kimia menentukan macam, struktur, dan jumlah zat, maka setiap cabang kegiatan manusia yang menyangkut materi, langsung atau tidak langsung memerlukan analisa kimia. Yang dimaksud dengan cabang kegiatan adalah segala sesuatu yang manusia, termasuk ilmu pengetahuan, perdagangan, perindustrian, pencegahan penyakit dan penyembuhan si sakit, produksi bahan pangan, penyemaian, pengolahan, peran, olahraga, penyusutan kejahatan, dan sebagainya (Harjadi, 1990).
Dalam mengukur suatu zat atau benda hendaknya menggunakan suatu alat, alat yang digunakan mengukur suatu zat dalam kimia adalah gelas ukur, akan tetapi hasil pengukuran dari gelas ukur sangat kurang tepat, sehingga dalam penggunaannya tidaklah terlalu teliti. Salah satu contoh alat pengukuran lain yang mempunyai tingkat ketelitian lebih baik dari pipet isap, namun pengukuran dengan pipet sendiri tidak terlepas dari kesalahan (Rohman, 1998).




III. METODE PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium Analisis Fakultas Perikanan dan ilmu kelautan Universitas Haluoleo pada hari selasa tanggal  19 November 2013 pukul 11.00-01.00 WITA.
B.     Bahan Dan Alat
Bahan dan alat yang dapat digunakan pada peraktikum ini adalah Autoklaf, oven, cawan petri, tabung reaksi, ose, lampu spiritus, beaker glass, hot plate, labu Erlenmeyer, kaca obyek biasa, kaca obyek cekung, kaca penutup, mikroskop medan terang, pipet tetes, gelas ukur, neraca analitik, inkubator, shaker, penangas air, stirrer, colony counter, haemasitometer, dan laminar air flow.
C. Prosedur Kerja
a.       Pengenalan Alat,Diamati, dicatat dan dipelajari fungsi serta prosedur kerja setiap alat yang tercantum pada pendahulua
b.      Metode Aseptis
·         Dipakai  selalu jas lab selama bekerja di laboratorium
·         Dibersihkan meja laboratorium setiap memulai ataupun mengakhiri pekerjan dilaboratorium dengan desinfektan
·         Diharuskan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun sebelum dan sesudah melakukan kegiatan dilaboratorium
·         Diharapkan jangan merokok, makan dan minum dilaboratorium
·         Diperhatikan dengan hati-hati semua biakan mikroorganisme, diusahakan jangan dibawa keluar dari laboratorium dan dibersihkan dengan desinfektan apabila tercecer dilantai saat dipindahkan.
·         Disiapkan penyangga apabila ingin menggunakan pipet yang sama lebih dari satu kali.












IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
Hasil pengamatan dalam praktikum ini dapat dilihat pada table 1. Berikut :
Table 1. alat dan kegunaan
Nama Alat
Gambar
Kegunaan

 Mikroskop
Untuk mengamati objek yang sangat kecil (mikroskopis) yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang

 Cawan Petri
Untuk menumbuhkan, memelihara serta membiakkan (kultivasi) mikroorganisme

 Tabung                     reaksi
Untuk menyimpan mikroorganisme dalam medium cair atau padat, alat pengenceran, untuk pengujian mikrobiologis

 Pipet tetes

Merupakan alat ukur volume yang bias memindahkan suatu volume dari satu wadah ke wadah yang lain

Autoklaf
Alat pemanas tutup yang digunakan untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi

Ose
Untuk mengambil dan menggores mikroorganisme, memindahkan atau mengambil koloni suatu mikroba ke media yang akan digunakan kembali

Beaker glass
Untuk mengaduk, mencampur dan memanaskan cairan
Untuk mencegah kontaminasi atau hilangnya cairan dapat digunakan gelas arloji sebagai penutup

Neraca analitik
Untuk mengukur berat bahan-bahan kimia berupa serbukan.

Gelas ukur
Mengukur volume larutan, cairan atau tepung pada berbagai ukuran volume
Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume 10 hingga 2000 Ml

Oven
Sebuah alat yang menggunakan radiasi gelombang mikro untuk memanaskan.

Objek glass dan cover glass
Untuk meletakkan preparat yang akan dilihat pada mikroskop

Lampu spiritus
Untuk memanaskan bahan kimia

Hot plate
Untuk mengaduk seker agar stret mutar

Labu enlenmayer
Untuk menaruh dan mencampurkan bahan kimia dan mentetrasikan.

Labu Ukur

Untuk menyiapkan larutan dalam kimia analitik yang konsentrasi dan jumlahnya diketahui dengan pasti dengan keakuratan yang sangat tinggi





Kaca obyek  biasa
Untuk menaruh bahan yang diteliti dibawah mikroskop


Kaca penutup

Untuk menutup preparat


Inkubator




Untuk mensterilisasikan agar tidak rusak



Shaker



Untuk mencampurkan bahan kimia



Pemanas air

Untuk memanaskan bahan-bahan kimia


Stirer

Untuk mengaduk berupa magnetik


Colony counter


Untuk menghitung mikroba yang ada dalam cawan petri


Haemasitometer



Untuk menghitung, tetapi hasilnya lebih tepat dan akurat


Laminar flow
Untuk mengembang biakkan koloni












B. Pembahasan
Dalam praktikum ini yaitu pengenalan alat-alat laboratorium hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kita dapat mengenal dan mengetahui fungsi dari alat-alat laboratorium. Dalam praktikum mikrobiologi banyak sekali kita menggunakan alat-alat laboratorium baik alat-alat gelas maupun peralatan mekanik dan optik. Alat-alat gelas yang digunakan, terutama cawanpetri, tabung reaksi, gelas obyek, gelas penutup, gelas piala, gelas Erlenmeyer, dan lain-lain. Kebersihan alat-alat gelas tersebut sangat menentukan keberhasilan kegiatan yang kita lakukan, baik untuk menghindari kontaminasi maupun untuk kejelasan dan ketetapan pengamatan. Dalam hal ini kebersihan dapat diartikan sebagai jernih, kering, serta bebas dari debu dan lemak.
Pembersihan alat gelas dilakukan sebelum dan sesudah kegiatan praktek, sesuai dengan keadaan, apakah sudah bersih atau belum. Alat-alat gelas yang digunakan harus selalu dikembalikan dalam keadaan bersih. Untuk memudahkan pembersihan, alat gelas sebaiknya dikelompokkan menurut jenis dan ukurannya. Sebelum dibersihkan,alat gelas juga harus dibersihkan dulu dari segala bentuk kotoran, seperti : medium kultur (media biakan), selotip, marker, dan lain-lain. Marker permanen dapat dihilangkan dengan menyapukan kapas yang telah dibasahi aseton pada bagian yang dibersihkan.
            Selain alat-alat yang terbuat dari gelas seperti yang telah disebutkan diatats, dalam pekerjaan mikrobiologi membutuhkan banyak sekali peralatan mekanik dan paralatan optic yang tidak kalah penting dari peralatan gelas. Peralatan mekanik ini misalnya: otoklaf, sentrifuge, penghitung koloni, incubator, oven, timbangan analitik, kotak isolasi, dan mikroskop.
Dari hasil pengamatan alat-alat tersebut memiliki fungsi dan penggunaan yang berbeda, meskipun ada juga fungsidan penggunaannya hampir sama.Alat-alat ini juga terdiri dari sterilisasi, yaitu alat yang digunakan untuk sterilisasi. Sterilisasi adalah usaha untuk membebaskan alat-alat maupun bahan-bahan dari semua kehidupan. Alat isolasi adalah alat yang digunakan untuk mengisolasi mikroorganisme dan alat inokulasi mikroba.
Pentingnya dilakukan pengenalan alat-alat laboratorium adalah agar dapat diketahui cara penggunaan alat tersebut dengan baik dan benar, sehingga kesalahan prosedur pemakaian alat dapat diminimalisasi sedikit mungkin. Hal ini penting supaya saat melakukan penelitian, data yang diperoleh akan benar pula. Data-data yang tepat akan meningkatkan kualitas penelitian seseorang. Selain itu, bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian harus dalam kondisi steril. Untuk mencapainya, maka diperlukan teknik sterilisasi. Sterilisasi ialah proses-proses untuk menjadikan peralatan dan bahan-bahan bebas dari semua bentuk kehidupan. Tujuan utamanya adalah supaya sebelum pengkulturan dapat mematikan mikroorganisme yang tidak diinginkan dan tidak turut tumbuh dalam kultur murni (suatu kultur mikroorganisme yang tersusun dari   sel-sel sejenis). Teknik Sterilisasi dibedakan menjadi empat kelompok, antara  lain : Sterilisasi fisik dengan panas, sterilisasi mekanik dengan filter, sterilisasi kimia, dan sterilisasi radiasi.
Dari praktikum yang telah kami lakukan, diperoleh hasil bahwa syarat utama bekerja di bidang mikrobiologi adalah sterilitas, baik sterilitas diri maupun alat-alat yang akan digunakan. Sebelum dan sesudah praktikum dilakukan, kita menggunakan alkohol untuk mensterilkan tangan dan meja kerja. Sedangkan untuk alat-alat yang akan digunakan,  cara mensterilkannya tergantung dari bahan dan jenis alat tersebut. Hal ini dikarenakan alat-alat tersebut mempunyai karakter dan perlakuan yang berbeda, serta mempunyai fungsi yang spesifik tergantung jenis alatnya. Alat yang terdapat di ruangan laboratorium seperti spektrofotometer, autoklaf, laminar air flow, neraca analitik, coloni counter, shaker, spektrofotometer, waterbath, oven, sentrifuge, dan destilasi air.
Ketika kita bekerja dalam pengkulturan, misalnya mengambil atau memindahkan mikroba, menuangkan media, kita harus melakukannya di dekat api bunsen. Hal ini bertujuan agar area sekitar kita bekerja bebas dari mikroba. Alat-alat penting lainnya adalah oven. Dalam menggunakan oven ini kita jangan sekali-kali memasukkan tangan ke dalamnya. Hal ini dikarenakan oven memiliki suhu di atas 200ºC. Sedangkan untuk autoklaf, hal yang perlu diperhatikan adalah ketika alarm tanda selesai sudah berbunyi, jangan langsung membukanya. Akan tetapi tunggu hingga jarum tekanan menunjukkan angka 0. Dalam menggunakan sentrifuge, keseimbangan tabung reaksi harus diperhatikan, karena akan mempengaruhi kinerja sentrifuge. Apabila berat larutan dalam tabung reaksi tidak seimbang, maka sentrifuge tidak dapat bekerja secara maksimal. Selain alat diatas, ada satu alat lagi yang biasa dipakai, yaitu laminar air flow. Karena alat ini menggunakan teknik radiasi, maka pada saat penggunaannya kita harus berhati-hati. Kita jangan terlalu dekat ketika sinar UV dinyalakan karena seperti yang kita ketahui bahwa sinar UV sangat berbahaya jika terkena tubuh kita secara langsung.
Terakhir, dalam melakukan sutau pekerjaan yang berhubungan dengan mirobilogi kiat dituntut untuk bisa mengerjakannya sendiri. Hal ini bertujuan selain untuk melatih skill kita dalam bidang mikrobiologi, tetapi juga untuk menghindari banyaknya kontaminan yang masuk ke dalam biakan.









V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
              Berdasarkan hasil praktikum maka dapat disimpulkan bahwa alat-alat pada laboratorium mikrobiologi terbagi atas alat-alat yang terbuat dari gelas, alat-alat sterilisasi, mikroskop, dan alat-alat lain. Yang termasuk alat-alat gelas antara lain tabung reaksi, tabung durham, erlenmeyer, gelas ukur, pipet tetes, cawan petri dan penutup, batang gelas bengkok, corong, batang pengaduk, gelas kimia dan labu ukur.
Yang termasuk alat-alat sterilisasi yaitu otoklaf, oven, dan bunsen. Sedangkan yang termasuk alat-alat lain yaitu Colony Counter, Inkubator, Shaker, Ose, rak tabung, centrifuge, neraca analitik, spektrofotometer, lemari pendingin, kompor gas, dan laminary air flow.
B.     Saran
             Sebaiknya dalam melakukan praktikum ini, praktikan memperhatikan betul alat–alat yang digunakan dalam mikrobiologi agar dapat mengetahui fungsi dan prinsip kerja dari masing–masing alat tersebut.






I. PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Mikrobiologi merupakan suatu telaah studi mengenai mikroorganisme. Mikroorganisme merupakan organisme hidup yang berukuran kecil yang hanya dapat dilihat secara mikroskopis. Mikroorganisme yang ada di alam terdiri dari berbagai macam jenis dan jumlahnya tidak terbatas. Mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang biak dimana saja dengan syarat cukup nutrien dan berkembang pada médium yang tepat. Medium dapat berupa médium cair, médium padat dan médium setengah padat. Mikroorganisme baik yang membentuk koloni atau tidak, saat berkembang pada suatu medium dapat diketahui jumlahnya dengan beberapa metode salah satunya adalah metode hitungan cawan. Mikroorganisme ada yang memiliki sifat menguntungkan dan ada juga yang bersifat merugikan, untuk mengetahuinya dapat dilakukan serangkaian pengujian melalui pewarnaan mikroorganisme.
Media adalah suatu bahan yang di gunakan untuk menumbuhkan mikroba baik di atas maupun di dalamnya, sehingga dapat di pelajari aktifitas mikroba, pengaruh suattu bahan terhadap pertumbuhan mikroba dan memperoleh zat tertentu yang di hasilkan oleh mikroba tertentu.
            Media yang digunakan haruslah memperhatikan komponen-komponenyang di butuhkan oleh mikroba. Secara umum mikroba mempunyai kebutuhan nutrient dasar yang sama yaitu air, karbon, energy, mineral dan factor pertumbuhan seperti vitamin dan beberapa asam amino. Selain itu mikroba juga memiliki kisaran PH minimum,maksimum dan optimum untuk pertumbuhannya.
Berdasarkan sifat fisik,media di bedakan atas media padat, media setengah padat dan media cair. Media padat di gunakan untuk melihat bentuk koloni, media setengah padat untuk menguji ada tidaknya mortalitas dan kemampuan fermentasi sedangkan media cair di gunakan untuk membiakan organisme dalam jumlah besar terutama mikroba yang terdapat dalam jumlah minimdan juga dapat melihat mikroba yang bersifat aerob, anaerofn fakultatif,  dan mikroaerofil.
Berdasarkan komposisi kimianya dibedakan atas media sintetik yaitu media pertumbuhan yang di ketahui komposisi kimianya secara pasti sedangkan media non sintetik komposisi kimianya tidak di ketahui secara pasti.
Berdasarkan fungsinya di bedakan atas media dasar, media penyubur, media selektif dan media differensial. Media dasar adalah media pembiakan sederhana yang mengandung zat-zat yang umum dibutuhkan oleh sebagian besar mikroorganisme,media penyubur adalah adalah media dasar yang di tambahkan zat penyubur, media selektif adalah  media yang di gunakan untuk menumbuhkan satu jenis mikroba sedangkan media differensial media yang mengandung zat kimia tertentu yang memungkinkan dapat membedakan berbagai tipe bakteri yang tumbuh bersama-sama.




B.     Tujuan dan manfaat
Tujuan dari Praktikum ini dilakukan adalah agar mahasiswa dapat membuat media biakan. 
Manfaat praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan media dan larutan pengencer.

















II. TINJAUAN PUSTAKA
Teknik tubiditas menggunakan media broyh (kaldu) dan yang diamati adalah karakteristik kekeruhannya, tiap mikroorganisme memiliki karakteristik turbiditas (kekeruhan yang berbeda-beda ada diantaranya mikroorganisme yang membentuk partikel melayang (flocculent) didalam media broth. Ada yang tersendimentasi, melayang dipermukaan saja (pellicle) dan ada pula yang melayang dipermukaan berbentuk seperti cincin (Anonim, 2011).
             Media yang digunakan haruslah memperhatikan komponen-komponen yang dibutuhkan oleh mikroba.  Secara umum mikroba mempunyai kebutuhan nutrient dasar yang sama yaitu air, karbon, energi, mineral dan faktor pertumbuhan seperti vitamin dan beberapa asam amino. Selain itu juga mikroba juga memiliki kisaran pH minimum, maksimum dan optimum untuk pertumbuhannya (Sarita, 2007).
Sterilisasi kering digunakan dalam sterilisasi alat-alat gelas dilaboratorium, dimana digunakan oven dengan suhu 160-1800C selama 1,5-2 jam dengan sistem udara statis. Praktik menggunakan oven yang dilengkapi dengan sirkulsai udara panas, diperlukan waktu setengahnya karena aliran udara panas kealat-alat gelas akan lebih efisien.  Sterilisaisi kering dapat dilakukan dengan cara pemijaran, jilatan api, dan tanur uap panas. Pemijaran diterapkan pada ose ujung-ujung pinset dan sudip logam. Jilatan apai diterapkan terhadap skalpel, jarum, mulut tabung biakan, kaca objek, dan kaca penutup. Tanur uap panas digunakan dengan suhu 160-1650C selama satu jam. Tanur uap panas diterapkan terhadap alat-alat kering tebuat dari kaca seperti tabung reaksi, punggan petri, labu, pipet, pinset, skalpel, gunting kapas hapus tenggorok, alat suntik dari kaca, juga diterapkan pada bahan-bahan kering dalam tempat-tempat tertutup, bahan serbuk, lemak dan minyak (Irianto, 2010).
Sterilisasi dengan menggunakan pemanasan basah, dapat dengan beberapa cara perebusan, pemanasan dengan tekanan, tindalisasi dan pasteurisasi. Perebusan dapat didalam air mendidih dengan suhu 1000C selama beberapa menit. Pemanasan dengan tekanan dapat dilakukan dengan menggunakan autoklaf untuk membunuh bakteri yang paling tahan panas. Spora yang paling tahan panas akanmati pada suhu 1210C selama 15 menit. Tindalisasi dilakukan dengan cara memanaskan medium atau larutan menggunakan uap selama satu jam tiap hari utuk tiga hari berturut-turut. Waktu inkubasi diantara dua proses pemanasan sengaja diadakan supaya spora dapat bergerminasi menjadi sel vegetatif sehingga mudah dibunuh pada pemansan berikutnya. Pasteurisasi biasanya diakukan pada terhadap susu. Proses ini dapat mencegah penyakit yang disebabkan oleh streptokoki grup A. Pasteurisasi dilakukan pada suhu 650C selama 30 menit atau 720C selama 15 detik. Setelah pasteurisasi, produk harus didinginkan untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang masih hidup. Uap mengalir bebas diguakan dalam tempat yang tidak tertutup rapat yang dapat menahan uap itu tanpa tertekan. Air mendidih dan uap bebas tidak perbnah mencapai suhu lebih dari 1000C (2120F). Uap bebas ini digunakan untuk mensterilisasi dengan menggunakan uap pada suhu 1000C yang dialirkan pada benda yang disterilkan untuk beberapa menit berkali-kali (tiga sampai empat kali) dengan selang waktu 24 jam (Irianto, 2010).
            Penetesan pada cawan yaitu dengan membagi media agar dalam tiga atau empat seketor tetesan larutan sample dipindahkan kemasing-masing sektor tetesan tersebut dibiarkan kering dan diingkubasi. Suatu pipet penetes digunakan untuk memindahkan tetesan, pengenceran sample diatur sehingga didapat 5-20 koloni terbetuj dari setiap tetesan pada media agar perhitungan dapat dilakukan 3-4 kali dalam cawan sehingga menghemat bahan untuk uji mikrobiologi. Jika setiap satu milliliter dari larutan-larutan tersebut dipindahkan kedalam tabung nutrient broth, akan tetapi ditemukan pertumbuhan hanya akan diperoleh kesempatan sekali dari sepuluh kali apabila 1 ml larutan yang berisi 0,1 sel/ml yang dipindahkan ke tabung nutrient broth (Afrianti, 2007)
            Dasar makanan yang paling baik bagi pemiaraan baakteri ialah medium yang mengandung zat – zat organik seperti rebusan daging, sayur – sayuran, sisa – sisa makanan atau ramuan – ramuan yang dibuat oleh manusia. Medium yang banyak digunakan dalam pekerjaan rutin di laboratorium ialah kaldu cair dan kaldu agar. Medium ini tersusun daripada : kaldu bubuk 3 gram, pepton 5 gram, air suling 1000 gram (Dwijoseputro, 2005).
            Media merupakan suatu bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba baik diatas maupun didalamnya, sehingga kita dapat mempelajari aktifitas mikroba, pengaruh mikroba terhadap pertumbuhan mikroba dan memperoleh zat tertentu yang dihasilkan oleh mikroba tertentu. Media biakan yang ada sekarang terdiri dari berbagai asam berdasarkan kreteria tertentu. Menurut sifat fisiknya media dapat dibedakan menjadi : media padat yaitu media yang digunakan untuk melihat bentuk koloni, media setengah padat untuk menguji ada tidaknya mortalitas dan kemampuan fermentasi sedangkan media cair digunakan untuk membiakan organisme dalam jumlah besar terutama mikroba yang terdapat dalam jumlah minim dan juga dapat melihat mikroba yang bersifat aerob, anaerob, anaerob akultatif dan mikroarofil. Dalam penggunaan media padat NA (Nutrient Agar), media tersebut digunakan untuk budidaya bakteri dan untuk pencegahan organisme dalam air, limbah, kotoran, dan lainnya. Komposisi : Beef extract, peptone, agar dan aquadest (Ruly, 2009).












III. METODE PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Praktikum pembuatan media dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 26 November 2013 Pukul 14.00 WITA dan bertempat di gedung Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Univeritas Halu Oleo, Kendari.
B.     Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada pratikum pembuatan media dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.  Alat dan Bahan pada Praktikum Pembuatan Media
No
Alat dan bahan
Satuan
Kegunaaan
A.
Alat

-Timbangan Analitik
-Gelas Ukur
-Gelas Piala
-Batang Pengaduk
-Tabung Reaksi
-Cawan Petri
-Autoklaf
Gram
ml
ml
-
-
-
-
Menimbang bahan
Mengukur aquades
Pembuatan larutan
Mengaduk larutan
Tempat larutan
Mengawetkan bahan
Mensterilkan bahan
B.
Bahan


-Media Na
-Air suling
Gram
Ml
Bahan percobaan
Bahan percobaan






C.    Prosedur kerja
Pembuatan media dari ekstrak media yang telah jadi (Contoh: Media NA) :
1.      Mengukur air suling sebanyak 50 ml dengan menggunakan gelas ukur, kemudian tuang kedalam gelas piala yang berukuran 250 ml.
2.      Menimbang media Na seberat 1 gram dan memasukkan ke dalam air suling pada gelas piala.
3.      Memanaskan sampai mendidih sambil diaduk terus-menerus.
4.      Memasukkan ke dalam tabung reaksi dan menyumbatnya dengan kapas.
5.      Mensterilkan pada autoklaf
6.      Membuat media tegak, media miring, dan media cawan secara aseptik.
7.      Memasang etiket pada bagian dasar cawan dan pada bagian atas tabung reaksi.

















IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil Pengamatan
Pembuatan media dari ekstrak media yang telah jadi (Contoh: Media NA)






Gambar 1.  Media Tegak                                           Gambar 2.  Media Miring

Keterangan:
1.Penutup (kapas)
2.Tabung reaksi
3.Cawan petri
4.Media Na 1 gr
5. Label
 



Gambar 3.  Media Cawan


B.     Pembahasan
Mikrobiologi, mempelajari tentang  mikroba yang meliputi bakteri, fungi atau mikroorganisme lainnya, baik dalam morfologi dan penampakan koloninya. Karena itu, untuk melihat dengan jelas penampakan mikroba tersebut, terlebih dahulu membuat biakan atau piaraan organisme. Sebelumnya, bahan serta peralatan harus dalam keadaan steril, tujuannya yakni agar pada bahan dan peralatan yang ingin dipergunakan tidak terdapat mikroba lain yang tidak diharapkan. Proses dari kegiatan steril dikenal dengan sebutan sterilisasi.
Sementara itu, untuk menumbuhkan mikroorganisme yang sudah dibiakkan (murni) digunakan media. Media merupakan suatu bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba baik diatas maupun didalamnya sehingga dapat dipelajari aktifitas mikroba, pengaruh suatu bahan terhadap pertumbuhan mikroba dan memperoleh zat tertentu yang dihasilkan zat tertentu. Media dapat dibedakan berdasarkan sifat fisik media yakni media padat, media setengah padat, dan media cair.
Pembuatan media dari ekstrak media yang telah jadi (Contoh Media NA) merupakan metode pembuatan media padat. Media padat merupakan media yang berbentuk padat yang digunakan untuk membiakan mikroba. Menurut Indra (2008), media padat adalah media yang mengandung agar 15% sehingga setelah dingin media menjadi padat..Media NA (Nutrient Agar) merupakan padatan yang bermaksud membuat media menjadi padat. Komposisi media tersebut memiliki nutrient-nutrien yang dibutuhkan oleh mikroba untuk tumbuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Label (2008), meyatakan bahwa nutrien dalam medium harus memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup, yang meliputi air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh.
Pada media padat, pembiakan mikroba dilakukan dengan tiga metode, yakni media tegak, media miring dan cawan. Media tegak merupakan media yang ditegakkan, menggunakan tabung reaksi. Dalam media tegak, pertumbuhan bakteri ditunjukan dengan adanya bakteri yang melintang ke dalam media tegak, namun pertumbuhan bakteri diatas permukaan media tegak lebih banyak, ini ditunjukkan karena bakteri yang bersifat aerob bergerak ke atas untuk mendapatkan oksigen, sehingga penampakan bakteri yang lebih banyak ada di atas permukaan media tegak, namun pada media tegak ini pertumbuhan bakteri lebih sedikit di banding pada media miring atau media cawan.
Sedangkan pada media miring, bakteri tumbuh disekitar agar yang posisinya miring mengikuti bentuk goresan (merupakan bakteri yang bersifat aerob fakultatif). Bakteri aerob fakultatif merupakan bakteri yang dapat hidup dengan ada tidaknya oksigen. Pertumbuhan bakteri akan tumbuh banyak, seperti halnya pada media cawan, karena media miring ini memungkinkan tersentuh oksigen untuk mendapatkan nutrisi bagi bakteri.
Selanjutnya pada media cawan, penanaman bakteri ditunjukkan dengan adanya penampakan bakteri di atas permukaan media, ini menunjukkan bahwa bakteri ini bersifat aerob, bakteri menuju keatas untuk mendapatkan oksigen lebih banyak. Pada media cawan, pertumbuhan bakteri lebih banyak di banding dengan pertumbuhan pada media yang lain, yang disebabkan karena luas permukaan sentuh media cawan dengan oksigen lebih banyak.
V.  PENUTUP
A.  Simpulan
       Kesimpulan yang dapat diambil dari pratikum ini adalah sebagai berikut :
1.        Pembuatan media adalah suatu bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba baik diatas maupun didalamnya.
2.        Pembuatan media dapat dilakukan dengan tiga bentuk media, yakni media tegak, miring dan media cawan.
3.        Media cawan, menumbuhkan banyak bakteri ketimbang media tegak dan miring. Hal ini disebabkan luas permukaan sentuh media cawan dengan oksigen lebih banyak, dimana oksigen dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan metabolisme dalam kelangsungan hidupnya.
B.     Saran
       Saran sebagai praktikan yaitu alat pemanas pada waktu memanaskan larutan di tambah agar proses praktikum berjalan lancar dan tepat waktu.











I.  PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
            Pada umumnya mikroba yang hidup di alam terdapat dalam bentuk populasi campuran. Sangat jarang mikroba di alam dijumpai sebagai spesies yang tunggal. Dengan demikian, agar mikroba tersebut dapat diidentifikasikan,sehingga mudah dipelajari sifat pertumbuhan, morfologis, dan fisiologis masing-masing mikroba maka langkah pertama yang harus dilakukan yaitu spesies tersebut dipisahkan dari organisme lain yang umum dijumpai dalam habitatnya, kemudian ditumbuhkan menjadi biakan murni yaitu suatu biakan yang terdiri dari sel-sel dari satu spesies ( Dwidjoseputro, 2005).
Proses mendapatkan biakan murni dari suatu biakan campuran dengan cara memisahkan satu spesies dari spesies yang lain disebut isolasi. Pada dasarnya metode-metode pemisahan menjadi satu spesies mempunyai prinsip sama yaitu mengencerkan mikroba tersebut sehingga diperoleh satu spesies yang terpisah. Setiap koloni yang terpisah yang tampak dalam cawan Petri berasal dari satu sel, metode yang biasa dilakukan untuk memperoleh biakan murni adalah tekhnik cawan gores (Streak plate) dan cawan tuang (Pour plate).metode saring temple, dan metode cair      ( Prayetno, 2008).
            Metode agar sebar, agar tuang, dan metode cair biasa digunakan untuk menghitung jumlah mikroba dalam suatu sampel, dimana pada metode ini jumlah sampel yang akan dityumbuhkan diketahui dengan pasti misalnya 1 ml atau 0,1 ml. Metode saring umumnya digunakan jika sampel air maka dilakukan penyaringan dengan kertas saring kemudian sedimen yang melekat ditempelkan pada permukaan media sedangkan untuk bahan padat langsung ditempelkan pada permukaan media ( Dwidjoseputro, 2005).
            Berdasarkan hal diatas maka untuk lebih mengetahui bagaimana cara kultur mikroba dan teknik isolasi maka praktikuim ini penting untuk dilaksanakan.
B. Tujuan dan Manfaat
            Tujuan dari praktikum ini adalah melatih mahasiswa untuk melakukan kultur dan isolasi pada berbagai jenis mikroba.
     Manfaat dari praktikum ini adalah menambah ilmu pengetahuan dan wawasan khususnyha tentang bagaimana cara melakukan kultur dan isolasi pada berbagai jenis mikroba.









II. TINJAUAN PUSTAKA
Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni sel yang tetap pada tempatnya  ( Nur, I. dan Asnani, 2007).
Dikenal beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari suatu biakan campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode cawan gores dan metode cawan tuang. Yang didasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud untuk memperoleh spesies individu. Dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu jenis sel yang dapat diamati  (Afrianto, 2004).
Biakan murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain digunakan dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri kultural morfologi, fisiologi dan serologi dibutuhkan mikroba yang berasal dari satu spesies  (Dwidjoseputro, 2005).
Bakteri yang memiliki flagella sering kali membentuk koloni yang menyebar terutama jika menggunakan lempengan agar basah, untuk mencegah menyebarnya koloni maka harus digunakan agar benar-benar kering  (Duniaschinici, 2007).
            Teknik pour plate atau lempeng tuang adalah suatu teknik atau metode menumbuhkan mikroorganisme dalam media agar yang masih cair dengan stik kultur vakteri. Teknik atau metode ini biasanya digunakan pada uji TPC. Teknik ini mempunyai kelebihan yaitu mikrooragnisme yang tumbuh tersebar merata pada media agar. Teknik sprad plate atau lempeng sebar adalah suatu teknik menumbuhkan mikroorganisme didalam media agar dengan cara menuangkan stok kultur bakteri atau menghapusnya di atas media agar yang telah berbentuk padat (Pelazar, 2003).
            Teknik strak plate atau lempeng gores adalah suatu teknik menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menstreak atau menggores permukaan agar dengan jarum ose yang telah diinokulasikan dengan kultur bakteri. Dengan teknik ini mikroorganisme yang tumbuh akan tampak dalam goresan inokulum bekas dari streak jarum ose (Dwijoseputro, 2005).
            Teknik agar slants atau miring adalah kultifitas biakan mikroba ke dalam agar miring di dalam tabung reaksi yang digunakan untuk melihat karakteristik koloni bakteri yang tumbuh. Tiap bakteri mempunyai karakteristik koloni yang berbeda. Karakteristik yang diamati pada koloni bakteri yang tumbuh adalah ukuran, bentuk keseleruhan koloni, tepi/margin, elevasi, permukaan, pigmentasi, warna, kelarutan dalam air, opasitas dan bau (Djida, 2000).
 

           



IIII.  METODE PRAKTIKUM
A.     Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 29 November 2011 Pukul 10.00-12.00 WITA dan bertempat di gedung Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Univeritas Halu Oleo, Kendari.

B.      Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Alat dan Bahan Percobaan Kultur Mikroba dan Teknik Isolasi sebagai berikut :
No.
Alat dan Bahan
Satuan
Kegunaan
A.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

B.

1.
2.
3.
  4. 
Alat

Lampu Bunsen
Jarum oce
Pipet volume
Botol specimen
Tabung reaksi
Cawan petri

Bahan

Borungo
Larutan pengencer
Alkohol 70%
Aquades


-
-
ml
-
-
-



-
-
-
-


Untuk mensterilkan alat
Untuk mengambil bakteri
Untuk mengambil larutan
Untuk tempat larutan
Untuk tempat larutan
Untuk tempat larutan



Bahan percobaan
Bahan mengencerkan
Untuk mensterilkan tangan
Sebagai bahan larutan pengencer




C.    Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada pratikum kultur mikroba dan teknik isolasi adalah sebagai berikut :
a.  Metode Gores dengan larutan pengencer
-          Melakukan pengenceran sebanyak 7 kali dengan menggunakan 7 tabung reaksi.
-           Pengenceran dilakukan dengan menggunakan larutan pengencer sebanyak 9 ml yang   dimasukkan kedalam tabung reaksi pertama dan dikoccok sampai homogeny.
-          Kemudian melakukan pengencer 10-2 dengan mengambil 1 ml air hasil kocokkan didalam tabung reaksi pertama dan memasukkan kedalam tabung reaksi kedua yang telah berisi 9 ml larutan pengencer.
-          Hal yang sama dilakukan untuk pengenceran 10-3, 10-4, 10-5, 10-6,10-7 dan 10-8.
-          Membuat 3 goresan pada media cawan menggunakan hasil pengencer 10-2, 10-5, 10-8 dengan cara mengambil larutan memakai jarum oce yang telah dipanaskan terlebih dahulu dan didinginkan beberapa detik.
-          Untuk goresan pertama yang menggunakan pengencer 10-2 dilakukan dengan metode gores langsung, dan goresan kedua yang menggunakan pengenceran 10-5 dengan metode gores kuadran dan ketiga dengan yang meggunakan pengenceran 10-8 dengan metode gores radian.
-          Media yang telah jadi, kemudian di inkubasi selama 1X24 jam dalam incubator.
-          Melakukan pengamatan jumlah koloni yang tumbuh dalam media.
-          Menghitung dan mencatat jumlah koloni yang ada.
b.      Metode gores dan metode tuang dengan bahan padat
-          Menimbang sampel padat yakni borungo yang telah di haluskan sebanyak 5 g.
-          Membuat larutan dengan menggunakan ikan 5 g dan dilarutkan dengan air dalam  gelas piala kemudian dikocok hingga merata.
-          Membuat 2 kali pengenceran dengan menggunakan larutan borungo dengan cara memasukkan 1 ml larutan borungo dan 9 ml larutan pengencer kedalam tabung reaksi pertama dan dikocok hingga homogeny.
-          Membuat pengenceran 10-2 dengan cara mengambil 1 ml larutan hasil
-          pengenceran pada tabung reaksi pertama ditambahkan 9 ml larutan pengencer dalam tabung reaksi kedua.
-          Untuk metode gores digunakan pengenceran 10-2 dengan cara mengambil larutan memakai jarum oce yang telah di panaskan dan didinginkan beberapa detik kemudian membuat goresan langsung pada media cawan pertama.
-          Untuk metode tuang, diambil 0,1 ml larutan hasil pengenceran 10-2 dan memasukkannya kedalam media cawan 2 dan goyang cawan petri dengan gerakkan memutar sampai merata dengan posisi cawan tetap pada permukaan meja.
-          Mendiamkan beberapa saat, kemudian membungkus dengan kertas dengan membalik posisi cawan.
-          Melakukan inkubasi untuk menumbuhkan mikroba dengan menggunakan incubator selama 1 X 24 jam.
-          Mengamati dan menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada permukaan media.





















IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Pengamatan
            Hasil pengamatan dalam praktikum kultur mikroba dapat dilihat pada table 4. Berikut :
Table 4. hasil pengamatan kultur mikroba
No
Borungo
Jumlah koloni
Warna
1.
2.
3.
10-2
10-5
10-8
7 koloni
16 koloni
8 koloni
Putih susu
Putih susu
Putih susu

B.     Pembahasan
            Mikroba yang terdapat biasanya dalam bentuk campuran dari berbagai jenis, sehingga untuk mempelajari sifat atau morfologi dari mikroba sangat sulit. Ini sesuia dengan pendapat Dwidjoseputro (2005) yang menyatakan bahwa Pada umumnya mikroba yang hidup di alam terdapat dalam bentuk populasi campuran. Sangat jarang mikroba di alam dijumpai sebagai spesies yang tunggal. Dengan demikian, agar mikroba tersebut dapat diidentifikasikan,sehingga mudah dipelajari sifat pertumbuhan, morfologis, dan fisiologis masing-masing mikroba maka langkah pertama yang harus dilakukan yaitu spesies tersebut dipisahkan dari organisme lain yang umum dijumpai dalam habitatnya, kemudian ditumbuhkan menjadi biakan murni yaitu suatu biakan yang terdiri dari sel-sel dari satu spesies.
            Untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup saja dapat digunakan cara pengenceran. Dasar perhitungan yang digunakan adalah dengan mengencerkan sejumlah volume tertentu suatu suspensi bahan atau biakan mikroba secara bertingkat, setelah diinikulasi kedalam medium dan diinkubasi dilihat adanya pertumbuhan mikrobia. Dalam melakukan pemisahan ini ada beberapa metode yang perlu diperhatikan yaitu dengan menggunakan metode cawan gores dan metode cawan tuang. Metode tersebut merupakan cara untuk memperoleh biakan murni. Biakan murni mempunyai peranan paling penting dalam berbagai metode mikrobiologis karena dapat membantu dalam proses mengidentifikasi mikroba.
            Pada praktek yang kami lakukan metode  yang  gunakan adalah metode cawan gores dan cawan tuang. Setelah selesai kita lakukan seperti prosedur kerjanya maka jumlah koloni pada sampel borungo adalah 10-2=13, 10-5 =11, 10-8 =18 dengan warna putih kekuningan dan pada sampel borungo dengan metode cawang tuang dan cawan gores adalah cawang tuang terdapat 58 koloni dan pada cawan gores terdapat 51 koloni denga warna kuning kehijauan.










V.  SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pratikum ini adalah :
-          Proses untuk mendapatkan biakan murni adalah isolasi
-          Tehnik isolasi mikroba adalah proses menumbuhkan mikroba dalam suatu media .
-          Metode yang dilakukan untuk memperoleh biakan murni adalah metode cawan gores (streak plate), agar sebar/permukaan (Spread/surface plete), cawan tuang (Pour plate), metode saring dan metode cair.
B. Saran        
            Saran yang dapat kami sampaikan adalah sebaiknya alat-alat yang akan digunakan dipersiapkan terlebih dahulu sehingga percobaan dapat berjalan dengan lancar.












I.  PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Umumnya, bakteri dapat dibedakan atas bentukya yang bermacam-macam yakni seperti  basil (tongkat), kokus, dan spirilum. Selain itu,
bakteri juga dapat dibedakan melalui teknik pewarnaan sederhana. Teknik pewarnaan sederhana tersebut dapat menghasilkan warna merah dan ungu. Bakteri gram negatif ditandai dengan pewarnaan ungu sedangkan yang positif berwarna merah (Prescott, 2008). Hal ini bertujuan untuk memberikan warna pada bakteri pada akhirnya dapat diidentifikasi dengan mudah. Selain itu, ada endospore yang bisa diwarnai. Endospora adalah organisme yang dibentuk dalam kondisi yang stres karena kurang nutrisi, yang memiliki kemungkinan untuk tetap berlanjut di lingkungan sampai kondisi menjadi baik (Iud W., 2008).
Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa. Pewarna asam dapat tejadi karena bila senyawa pewarna bermuatan negatif. Dalam kondisi pH mendekati netral dinding sel bakteri cenderung bermuatan negatif, sehingga pewarna asam yang bermuatan negatif akan ditolak oleh dinding sel, maka sel tidak berwarna. Pewarna asam ini disebut pewrna negatif. Contoh pewarna asam misalnya : tinta cina, larutan Nigrosin, asam pikrat, eosin dan lain-lain. Pewarnaan basa bisa terjadi biasenyawa pewarna bersifat positif, sehingga akan diikat oleh dinding sel bakteri dan sel bakteri jadi terwarna dan terlihat. Contoh dari pewarna basa misalnya metilin biru, kristal violet, safranin dan lain-lain.
Teknik pewarnaan yang lain adalah pewarnaan diferensial, yang menggunakan senyawa pewarna yang lebih dari satu jenis. Diperlukan untuk mengelompokkan bakteri misalnya, bakteri gram positif dan bakteri gram negatif atau bakteri tahan asam dan tidak tahan asam. Juga diperlukan untuk mengamati struktur bakteri seperti flagela, kapsula, spora dan nukleus (Campbell dan Reece, 2005).
Teknik pewarnaan sederhana haruslah sesuai prosedur karena dapat mengakibatkan kesalahan identifikasi data apakah gram positif atau gram negatif. Teknik tersebut antara lain fiksas dan olesan bakteri. Hal ini menyebabkan perlu diadakannya praktikum ini agar mengetahui jalannya mekanisme pewarnaan gram yang baik.
B.  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari pratikum kultur murni adalah untuk  mengenal cara pewarnaan dan mempelajari bentuk bakteri.
     Kegunaan dilakukannya pratikum kultur murni ini yaitu agar dapat menambah wawasan dan dapat lebih memahami tentang pewarnaan pada suatu bakteri.


II. TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi bakteri dapat diamati dengan cara membuat preparat mikroskopik dan untuk tujuan tertentu preparat mikroskop harus diwarnai. Preparat mikroskop ada dua macam yaitu preparat basah dan preparat kering. Preparat basah yaitu preparat yang digunakan untuk mengamati jasad renik yang masih hidup dengan menggunakan cairan tertentu. Preparat kering dibuat melalui proses pewarnaan, yaitu untuk mengamati mikroba yang telah diwarnai dengan zat tertentu yang biasanya berhubungan dengan sifat mikroba tertentu (Indriyani, dkk., 2009).
Sebelum pewarnaan dilakukan pembuatan olesan (smear) dan fiksasi pada bekteri yang akan diamati. Olesan (smear) adalah pemberian bakteri pada kaca benda, sedangkan fikasai adalah perlakuan pada bakteri. Bakteri tersebut dimatikan sedemikian rupa, tetapi selnya mati tanpa terjadi perubahan bentuk sel dan struktur yang berada dalam sel, dan memudahkan menempel pada kaca benda  (Anonim, 2011).
Pada umumnya, olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan adanya struktur internal seperti spora dan butiran zat pewarna khusus diperlukan untuk melihat bentuk kapsul ataupun flagella, dan hal-hal terperinci tertentu di dalam sel. Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion negatif, yang salah satu diantaranya berwarna (Campbell dan Reece, 2005).

Sel bakteri dapat teramati dengan jelas jika digunakan mikroskop dengan perbesaran 100×10 yang ditambah minyak imersi. Jika dibuat preparat ulas tanpa pewarnaan, sel bakteri sulit terlihat. Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga kontras sel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatka. Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa. Pada zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut kromofor dan mempunyai muatan positif. Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak banyak ditemukan pada permukaan sel. Contoh zat warna asam antara lain Crystal Violet, Methylene Blue, Safranin, Base Fuchsin, Malachite Green dll. Sedangkan zat warna basa antara lain Eosin, Congo Red dll (Irawan, 2008).
Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan penting dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan baktri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel (Irawan, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna , substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus. sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies (Entjang I., 2003).











III.  METODE PRATIKUM
A. Waktu dan Tempat
Pratikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 5 Desrmber 2013 Pukul 11.00 WITA dan bertempat di gedung Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Univeritas Halu Oleo, Kendari.
B.  Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kultur murni dan teknik isolasi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5.  Alat dan Bahan yang di gunakan pada Praktikum Pengecetan Bakteri.
No        Alat dan Bahan
Satuan
Kegunaaan
A.
Alat
1.

2.

3.

4.

5.
Mikroskop

Pipet tetes

Jarum oce

Kaca objek

Lampu Bunsen
-

ml

-

-

-
Melihat warna bakteri gram negatif dan positif
Meneteskan larutan pada bahan yang diamati
Memindahkan sampel dari tempat cawan petri ke kaca objek
Tempat untuk meletakkan sampel dari larutan biakan murni
Mensterilkan alat
B.
B ahan
1.
2.  
3.
Biakan murni
Aquades
Zat warna
-
-
-
Bahan percobaan
Untuk membersihkan alat
Bahan percobaan



C.  Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum pengecetan pewarnaan sederhana adalah sebagai berikut :
1.      Membuat olesan bakteri pada kaca benda.
2.      Membari zat warna utama yaitu amonium oksalat kristal ungu (Berupa larutan) selama satu sampai dua menit, kemudian dicuci dengan air mengalir.
3.      Memberi mordan yaitu larutan iodium dalam KJ (Yodium Lugol) selama 1 sampai 2 menit, dicuci dengan air mengalir.
4.      Meneteskan larutan media massa aseton sedikit demi sedikit, sehingga  larutan yang mengalir tadi mudah berwarna atau tidak berwarna.
5.      Meneteskan warna penutup yaitu larutan  safranin berwarna merah atau karbolfuhsin selama 2 sampai 3 menit, cuci dengan air mengalir dikering anginkan.
6.      Mengamati hasil pengamatan pewarnaan sederhana di bawah mikroskop.
7.      Menggambar bentuk bakteri dengan warnanya.





IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan dalam praktikum pengecetan bakteri dapat dilihat pada table 6. Berikut :
Tabel 6. Hasil Pengamatan Praktikum Pengecetan Bakteri
No
Sampel
Warna
Keterangan
Borungo
1.
2.
10-2
10-8
Ungu
Merah
Bakteri gram positif
Bakteri gram negative

B.  Pembahasan
Mikroskop memiliki dua bentuk preparat yaitu preparat basa dan kering. Preparat kering dibuat melalui proses pewarnaan, yaitu untuk mengamati mikroba yang telah diwarnai dengan zat tertentu yang biasanya berhubungan dengan sifat mikroba tertentu. Sedangkan basa untuk mengamati jasad renik yang masih hidup dengan menggunakan cairan tertentu.
Berdasarkan pengecetan pewarnaan gram, bakteri dikelompokan menjadi dua kelompok besar, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Pewarnaan ini membedakan bakteri berdasarkan karakteristik fisik dan kimia dinding selnya. Sifat fisik dinding sel yang dimaksud adalah bentuk susunan dinding selnya. Sedangkan berdasarkan berdasarkan sifat kimia dinding selnya adalah zat yang dikandung oleh bakteri tersebut.
Pada sampel air tawar dengan menggunakan metode gores, didapat bakteri gram positif pada bakteri yang awalnya berwarna putih susu (menghasilkan warna ungu). Sedankan pada bakteri yang warna awalnya orange, termaksud bakteri gram negatif (menghasilkan warna merah).
                              
Bakteri gram positif                             Bakteri gram negatif

Gambar 4. Bakteri Gram Positif dan Negatif
Pewarnaan gram meliputi empat proses utama, yaitu pengecatan dengan larutan kristal violet, larutan mordan, larutan aseton, dan larutan  safranin. Setelah proses pengecetan, diperoleh bakteri berwarna ungu, dan bakteri berwarna merah. Bakteri yang berwarna ungu biasa disebut bakteri gram positif/ bakteri tahan asam sedangkan bakteri yang berwarna merah disebut bakteri gram negatif/ bakteri tidak tahan asam. Pada uji pewarnaan gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah muda.
Berdasarkan susunan dinding selnya, bakteri gram positif memiliki lapisan petidoglikan yang tebal tetapi tidak memiliki membranluar sehingga dapat mempertahankan warna ungunya. Sedangkan pada bakteri gram negatif, lapisan peptidoglikan tipis dan memilki membran luar yang tersusun atas Lipopolisakarisa (LPS) dan protein sehingga membuat warna dalam dinding sel bakteri tersebut terbuang selama proses pengaliran dengan air dan pemberian larutan  safranin mengecat bakteri gram negatif menjadi merah (tidak dapat mempertahankan zat warna ungu). Hal ini didukung oleh pendapat Campbell dan Reece, (2005) bahwa pada awal pengecatan, semua bakteri akan berwarna ungu, proses dekolorisasi dan pemberian warna kontraslah yang membedakan antara kedua jenis bakteri ini. Bakteri gram positif akan menunjukkan warna ungu karena memiliki lapisan peptidoglikan tebal yang menahan kristal violet selama pengecatan gram. Sedangkan pada bakteri gram negatif akan berwarna merah akibat tipisnya dinding peptidoglikan sehingga bakteri gram negatif menjadi merah.
Keberhasilan pewarnaan mikroba ditentukan oleh beberapa faktor yaitu fiksasi, peluntur warna, sifat substrat, intensifikasi pewarnaan dan zat warna penutup. Olehnya itu, perlu kehati-hatian saat melakukan pewarnaan guna berhasilnya pengecatan terhadap mikroba yang akan diidentifikasi. Fiksasi merupakan proses perlakuan pada bakteri agar awet atau dapat melekat dengan kuat pada kaca objek. Sedangkan olesan merupakan pemberian bakteri pada kaca objek.





V.  SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari kultur murni dan teknik isolasi  adalah sebagai berikut :
1.    Preparat pada mikroskop terbagi dua yakni kering dan basa. Preparat kering dibuat melalui proses pewarnaan, yaitu untuk mengamati mikroba yang telah diwarnai dengan zat tertentu yang biasanya berhubungan dengan sifat mikroba tertentu.
2.    Bakteri gram negatif pada teknik pewarnaan akan menghasilkan warna merah dan bakteri gram positif akan menghasilkan warna ungu.
3.    Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna , substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup.
B. Saran
       Sebaiknya disampaikan agar setiap anggota praktikan dapat bekerja sama dalam melakukan praktikum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar