I. PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Pengetahuan
alat merupakan salah satu faktor yang penting untuk mendukung kegiatan
praktikum. Siswa akan terampil dalam praktikum apabila mereka mempunyai
pengetahuan mengenai alat-alat praktikum yang meliputi nama alat, fungsi alat,
dan cara menggunakannya. Pengetahuan alat yang kurang akan mempengaruhi
kelancaran saat praktikum. Sebagai contoh, selama praktikum siswa dilibatkan
aktif dengan pemakaian alat dan bahan kimia. Siswa yang menguasai alat dengan
baik akan lebih terampil dan teliti dalam praktikum sehingga siswa memperoleh
hasil praktikum seperti yang diharapkan (Laila, 2006).
Dalam suatu laboratorium, ada banyak
jenis alat-alat yang digunakan, salah satu jenis alat yang sering digunakan
dalam laboratorium mikrobiologi adalah alat sterilisasi. Dalam laboratorium,
sterilisasi media dilakukan dengan menggunakan autoklaf yang menggunakan
tekanan yang disebabkan uap air, sehingga suhu dapat mencapai 1210C.
Sterilisasi dapat terlaksana bila mencapai tekanan 15 psi dan suhu 1210C
selama 15 menit. Media biakan yang telah disterilkan harus diberi penutup agar
tidak dicemari oleh mikroorganisme yang terdapat disekelilingnya
(Lay,W.B,1994).
Pemanasan basah
bertekanan tinggi (autoklaf) dapat digunakan untuk mensterilkan larutan
komponen media, bahan dan alat-alat yang tahan terhadap pemanasan tinggi.
Sterilisasi ini lebih baik dibandingkan sterilisasi dengan pemanasan kering
karena dengan autoklaf tidak hanya mematikan mikroorganisme tapi juga mematikan
sporanya. Waktu sterilisasi sangat bervariasi, tergantung dari ukuran obyek
yang disterilkan. Lamanya waktu sterilisasi bahan cair (air, media) tergantung
pada volume cairan yang disterilkan. Sterilisasi alat gelas dan metal dapat
dilakukan dengan pemanasan kering (oven) (Novilia, 2008).
Sterilisasi peralatan dapat
digunakan dengan api dan bahan kimia seperti methanol, dan sejenisnya.
Sterilisisasi juga dapat dilakukan dengan alat sterilisasi seperti autoklaf.
Autoklaf merupakan alat yang dikhususkan utukmensterilkan alat, media dan bahan
dari mikroba yang ada, sistem kerja autoklaf adalah memecah membran sel yang
ada dalam mikroba dengan uap panas bertekanan 10-30 lbs/inchi dan temperature
134oC (maksimum). Berdasarkan penggunaannya, autoklaf terbagi
menjadi 2, yaitu autoklaf kalsik dan autoklaf modern (lihat hasil percobaan).
Cara pengoperasian autoklaf modern yaitu dengan sistem digital, sehingga waktu,
suhu dan tekanan dapat diatur dengan mudah untuk sterilisasi alat. autoklaf
modern bekerja lebih baik dibandingkan dengan autoklaf klasik yang cara
pengoperasiannya masih manual, sehingga sterilisasi alat sebelum digunakan
menggunakan autoklaf modern, dan sterilisasi alat setelah digunakan menggunakan
autoklaf klasik (Winarno, 1999).
Selain alat sterilisasi ada juga
jenis alat yang dikhususkan untuk pengerjaan mikroba, seperti Laminar Air Flow
dan enkas. Laminar air flow ditujukan untuk pengerjaan bakteri, sedangkan enkas
digunakan untuk perkembangbiakan jamur dan kapang. Kedua alat ini telah
dilengkapi dengan sinar UV (apabila dihidupkan) untuk menghambat pertumbuhan
mikroba (Hadiutomo, 1990).
B.
Tujuan dan manfaat
Tujuan dari praktikum ini adalah agar kita dapat mengenal dan mengetahui cara
menggunakan alat-alat laboratorium dalam praktikum Mikrobiologi Industri Serta kita
dapat mengetahui metode aseptis yang
dipergunakan dalam praktikum Mikrobiologi Industri.
Manfaat dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui
cara menggunakan alat-alat laboratorium.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Pada dasarnya setiap alat mmiliki nama
yang menunjukkan kegunaan alat, prinsip kerja atau proses yang berlangsung
ketika alat digunakan. Beberapa kegunaan alat dapat dikenali berdasarkan namanya.
Penamaan alat-alat yang berfungsi mngukur biasanya diakhiri dengan kata meter
seperti thermometer, hygrometer, dan spektrofotometer. Alat-alat pengukur yang
disertai dengan informasi tertulis, biasanya diberi tambahan “graph” seperti
thermograph, barograph (Firebiology, 2007).
Sebelum melakukan praktikum, terlebih
dahulu kita harus mengenal atau mengetahui tentang alat-alat yang digunakan
dalam melakukan praktikum tersebut. Hal ini berguna untuk mempermudah kita
dalam melaksanakan percobaan, sehingga resiko kecelakaan di laboratorium dapat
ditanggulangi. Kebersihan dan
kesempurnaan alat sangat penting untuk bekerja di laboratorium. Alat yang
kelihatan secara kasat mata, belum tentu bersih, tergantung pada pemahaman
seorang analis mengenai apa artinya bersih. Alat kaca seperti gelas piala atau
erlenmeyer paling baik dibersihkan dengan sabun atau deterjen sintetik. Pipet,
buret, dan labu volumetrik mungkin memerlukan larutan deterjen panas untuk bisa
bersih benar (Day
& Underwood, 1998).
Ketetapan hasil analisa kimia sangat tergantung pada mutu
bahan kimia dan peralatan yang dipergunakan, disamping pengertian pelaksanaan
tentang dasar analisa yang sedang dikerjakan serta kecermatan dan ketelitian
kerjanya sendiri. Ketelitian dan kecermatan kerja, selain merupakan sifat
pribadi seseorang akan dapat pula diperoleh karena bertambahnya pengamatan
kerja seseorang sehingga menjadi kebiasaan yang berguna bagi kelancaran
kerjanya. Penanganan bahan kimia dan peralatan pokok yang banyak dipergunakan
merupakan persyaratan penting demi keselamatan dan hasilnya pekerjaan analisa
kimia (Day & Underwood, 1998).
Analisa kimia menentukan macam, struktur, dan jumlah zat,
maka setiap cabang kegiatan manusia yang menyangkut materi, langsung atau tidak
langsung memerlukan analisa kimia. Yang dimaksud dengan cabang kegiatan adalah
segala sesuatu yang manusia, termasuk ilmu pengetahuan, perdagangan,
perindustrian, pencegahan penyakit dan penyembuhan si sakit, produksi bahan
pangan, penyemaian, pengolahan, peran, olahraga, penyusutan kejahatan, dan
sebagainya (Harjadi, 1990).
Dalam mengukur suatu zat atau benda
hendaknya menggunakan suatu alat, alat yang digunakan mengukur suatu zat dalam
kimia adalah gelas ukur, akan tetapi hasil pengukuran dari gelas ukur sangat
kurang tepat, sehingga dalam penggunaannya tidaklah terlalu teliti. Salah satu
contoh alat pengukuran lain yang mempunyai tingkat ketelitian lebih baik dari
pipet isap, namun pengukuran dengan pipet sendiri tidak terlepas dari kesalahan
(Rohman, 1998).
III. METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium Analisis Fakultas
Perikanan dan ilmu kelautan Universitas
Haluoleo pada hari selasa tanggal 19
November 2013 pukul 11.00-01.00 WITA.
B.
Bahan Dan Alat
Bahan dan alat yang dapat digunakan pada peraktikum ini
adalah Autoklaf, oven, cawan petri, tabung reaksi, ose, lampu spiritus, beaker
glass, hot plate, labu Erlenmeyer, kaca obyek biasa, kaca obyek cekung, kaca
penutup, mikroskop medan terang, pipet tetes, gelas ukur, neraca analitik,
inkubator, shaker, penangas air, stirrer, colony counter, haemasitometer, dan
laminar air flow.
C. Prosedur Kerja
a. Pengenalan Alat,Diamati, dicatat dan dipelajari fungsi serta prosedur kerja
setiap alat yang tercantum pada pendahulua
b. Metode Aseptis
·
Dipakai selalu jas lab selama
bekerja di laboratorium
·
Dibersihkan meja laboratorium setiap memulai ataupun
mengakhiri pekerjan dilaboratorium dengan desinfektan
·
Diharuskan mencuci tangan dengan air mengalir dan
sabun sebelum dan sesudah melakukan kegiatan dilaboratorium
·
Diharapkan jangan merokok, makan dan minum
dilaboratorium
·
Diperhatikan dengan hati-hati semua biakan
mikroorganisme, diusahakan
jangan dibawa keluar dari laboratorium dan dibersihkan dengan desinfektan apabila
tercecer dilantai saat dipindahkan.
·
Disiapkan penyangga apabila ingin menggunakan pipet yang
sama lebih dari satu kali.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
Hasil
pengamatan dalam
praktikum ini dapat dilihat pada table 1. Berikut :
Table
1. alat dan kegunaan
Nama Alat
|
Gambar
|
Kegunaan
|
|||
Mikroskop
|
|
Untuk mengamati objek yang sangat
kecil (mikroskopis) yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang
|
|||
Cawan Petri
|
|
Untuk menumbuhkan, memelihara serta membiakkan (kultivasi)
mikroorganisme
|
|||
Tabung reaksi
|
|
Untuk menyimpan mikroorganisme
dalam medium cair atau padat, alat pengenceran, untuk pengujian mikrobiologis
|
|||
Pipet tetes
|
Merupakan alat ukur volume yang bias memindahkan suatu
volume dari satu wadah ke wadah yang lain
|
||||
Autoklaf
|
|
Alat pemanas tutup yang digunakan
untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan
tinggi
|
|||
Ose
|
|
Untuk mengambil dan
menggores mikroorganisme, memindahkan atau mengambil koloni suatu mikroba ke
media yang akan digunakan kembali
|
|||
Beaker glass
|
|
Untuk mengaduk, mencampur dan memanaskan
cairan
Untuk mencegah kontaminasi atau hilangnya cairan dapat digunakan gelas arloji sebagai penutup |
|||
Neraca analitik
|
|
Untuk mengukur berat bahan-bahan
kimia berupa serbukan.
|
|||
Gelas ukur
|
|
Mengukur volume larutan, cairan atau tepung
pada berbagai ukuran volume
Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume 10 hingga 2000 Ml |
|||
Oven
|
|
Sebuah alat yang menggunakan
radiasi gelombang mikro untuk memanaskan.
|
|||
Objek glass dan cover glass
|
|
Untuk meletakkan preparat yang
akan dilihat pada mikroskop
|
|||
Lampu spiritus
|
|
Untuk memanaskan bahan kimia
|
|||
Hot plate
|
|
Untuk mengaduk seker agar stret
mutar
|
|||
Labu enlenmayer
|
|
Untuk menaruh dan mencampurkan
bahan kimia dan mentetrasikan.
|
|||
Labu Ukur
|
Untuk menyiapkan
larutan dalam kimia analitik yang konsentrasi dan jumlahnya diketahui dengan
pasti dengan keakuratan yang sangat tinggi
|
||||
Kaca obyek biasa
|
|
Untuk menaruh bahan yang diteliti
dibawah mikroskop
|
|||
Kaca penutup
|
|
Untuk menutup preparat
|
|||
Inkubator
|
|
Untuk mensterilisasikan agar tidak
rusak
|
|||
Shaker
|
|
Untuk mencampurkan bahan kimia
|
|||
Pemanas air
|
|
Untuk memanaskan bahan-bahan kimia
|
|||
Stirer
|
|
Untuk mengaduk berupa
magnetik
|
|||
Colony counter
|
|
Untuk menghitung mikroba yang ada
dalam cawan petri
|
|||
Haemasitometer
|
|
Untuk menghitung, tetapi hasilnya
lebih tepat dan akurat
|
|||
Laminar flow
|
|
Untuk mengembang biakkan koloni
|
|||
B. Pembahasan
Dalam praktikum ini yaitu pengenalan
alat-alat laboratorium hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kita dapat
mengenal dan mengetahui fungsi dari alat-alat laboratorium. Dalam
praktikum mikrobiologi banyak sekali kita menggunakan alat-alat laboratorium
baik alat-alat gelas maupun peralatan mekanik dan optik. Alat-alat gelas yang
digunakan, terutama cawanpetri, tabung reaksi, gelas obyek, gelas penutup,
gelas piala, gelas Erlenmeyer, dan lain-lain. Kebersihan alat-alat gelas
tersebut sangat menentukan keberhasilan kegiatan yang kita lakukan, baik untuk
menghindari kontaminasi maupun untuk kejelasan dan ketetapan pengamatan. Dalam
hal ini kebersihan dapat diartikan sebagai jernih, kering, serta bebas dari
debu dan lemak.
Pembersihan alat gelas dilakukan sebelum
dan sesudah kegiatan praktek, sesuai dengan keadaan, apakah sudah bersih atau
belum. Alat-alat gelas yang digunakan harus selalu dikembalikan dalam keadaan
bersih. Untuk memudahkan pembersihan, alat gelas sebaiknya dikelompokkan
menurut jenis dan ukurannya. Sebelum dibersihkan,alat gelas juga harus
dibersihkan dulu dari segala bentuk kotoran, seperti : medium kultur (media
biakan), selotip, marker, dan lain-lain. Marker permanen dapat dihilangkan
dengan menyapukan kapas yang telah dibasahi aseton pada bagian yang
dibersihkan.
Selain
alat-alat yang terbuat dari gelas seperti yang telah disebutkan diatats, dalam
pekerjaan mikrobiologi membutuhkan banyak sekali peralatan mekanik dan
paralatan optic yang tidak kalah penting dari peralatan gelas. Peralatan
mekanik ini misalnya: otoklaf, sentrifuge, penghitung koloni, incubator, oven,
timbangan analitik, kotak isolasi, dan mikroskop.
Dari hasil pengamatan alat-alat
tersebut memiliki fungsi dan penggunaan yang berbeda, meskipun ada juga
fungsidan penggunaannya hampir sama.Alat-alat ini juga terdiri dari
sterilisasi, yaitu alat yang digunakan untuk sterilisasi. Sterilisasi adalah
usaha untuk membebaskan alat-alat maupun bahan-bahan dari semua kehidupan. Alat
isolasi adalah alat yang digunakan untuk mengisolasi mikroorganisme dan alat
inokulasi mikroba.
Pentingnya dilakukan pengenalan alat-alat laboratorium
adalah agar dapat diketahui cara penggunaan alat tersebut dengan baik dan
benar, sehingga kesalahan prosedur pemakaian alat dapat diminimalisasi sedikit
mungkin. Hal ini penting supaya saat melakukan penelitian, data yang diperoleh
akan benar pula. Data-data yang tepat akan meningkatkan kualitas penelitian
seseorang. Selain itu, bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian
harus dalam kondisi steril. Untuk mencapainya, maka diperlukan teknik
sterilisasi. Sterilisasi ialah proses-proses untuk menjadikan peralatan dan
bahan-bahan bebas dari semua bentuk kehidupan. Tujuan utamanya adalah supaya
sebelum pengkulturan dapat mematikan mikroorganisme yang tidak diinginkan dan
tidak turut tumbuh dalam kultur murni (suatu kultur mikroorganisme yang
tersusun dari sel-sel sejenis). Teknik Sterilisasi dibedakan
menjadi empat kelompok, antara lain : Sterilisasi fisik dengan panas,
sterilisasi mekanik dengan filter, sterilisasi kimia, dan sterilisasi radiasi.
Dari praktikum yang telah kami lakukan, diperoleh hasil
bahwa syarat utama bekerja di bidang mikrobiologi adalah sterilitas, baik
sterilitas diri maupun alat-alat yang akan digunakan. Sebelum dan sesudah praktikum
dilakukan, kita menggunakan alkohol untuk mensterilkan tangan dan meja kerja.
Sedangkan untuk alat-alat yang akan digunakan, cara mensterilkannya
tergantung dari bahan dan jenis alat tersebut. Hal ini dikarenakan alat-alat
tersebut mempunyai karakter dan perlakuan yang berbeda, serta mempunyai fungsi
yang spesifik tergantung jenis alatnya. Alat yang terdapat di ruangan
laboratorium seperti spektrofotometer, autoklaf, laminar air flow, neraca
analitik, coloni counter, shaker, spektrofotometer, waterbath, oven,
sentrifuge, dan destilasi air.
Ketika kita bekerja dalam pengkulturan, misalnya mengambil atau memindahkan mikroba, menuangkan media, kita harus melakukannya di dekat api bunsen. Hal ini bertujuan agar area sekitar kita bekerja bebas dari mikroba. Alat-alat penting lainnya adalah oven. Dalam menggunakan oven ini kita jangan sekali-kali memasukkan tangan ke dalamnya. Hal ini dikarenakan oven memiliki suhu di atas 200ºC. Sedangkan untuk autoklaf, hal yang perlu diperhatikan adalah ketika alarm tanda selesai sudah berbunyi, jangan langsung membukanya. Akan tetapi tunggu hingga jarum tekanan menunjukkan angka 0. Dalam menggunakan sentrifuge, keseimbangan tabung reaksi harus diperhatikan, karena akan mempengaruhi kinerja sentrifuge. Apabila berat larutan dalam tabung reaksi tidak seimbang, maka sentrifuge tidak dapat bekerja secara maksimal. Selain alat diatas, ada satu alat lagi yang biasa dipakai, yaitu laminar air flow. Karena alat ini menggunakan teknik radiasi, maka pada saat penggunaannya kita harus berhati-hati. Kita jangan terlalu dekat ketika sinar UV dinyalakan karena seperti yang kita ketahui bahwa sinar UV sangat berbahaya jika terkena tubuh kita secara langsung.
Terakhir, dalam melakukan sutau pekerjaan yang berhubungan dengan mirobilogi kiat dituntut untuk bisa mengerjakannya sendiri. Hal ini bertujuan selain untuk melatih skill kita dalam bidang mikrobiologi, tetapi juga untuk menghindari banyaknya kontaminan yang masuk ke dalam biakan.
Ketika kita bekerja dalam pengkulturan, misalnya mengambil atau memindahkan mikroba, menuangkan media, kita harus melakukannya di dekat api bunsen. Hal ini bertujuan agar area sekitar kita bekerja bebas dari mikroba. Alat-alat penting lainnya adalah oven. Dalam menggunakan oven ini kita jangan sekali-kali memasukkan tangan ke dalamnya. Hal ini dikarenakan oven memiliki suhu di atas 200ºC. Sedangkan untuk autoklaf, hal yang perlu diperhatikan adalah ketika alarm tanda selesai sudah berbunyi, jangan langsung membukanya. Akan tetapi tunggu hingga jarum tekanan menunjukkan angka 0. Dalam menggunakan sentrifuge, keseimbangan tabung reaksi harus diperhatikan, karena akan mempengaruhi kinerja sentrifuge. Apabila berat larutan dalam tabung reaksi tidak seimbang, maka sentrifuge tidak dapat bekerja secara maksimal. Selain alat diatas, ada satu alat lagi yang biasa dipakai, yaitu laminar air flow. Karena alat ini menggunakan teknik radiasi, maka pada saat penggunaannya kita harus berhati-hati. Kita jangan terlalu dekat ketika sinar UV dinyalakan karena seperti yang kita ketahui bahwa sinar UV sangat berbahaya jika terkena tubuh kita secara langsung.
Terakhir, dalam melakukan sutau pekerjaan yang berhubungan dengan mirobilogi kiat dituntut untuk bisa mengerjakannya sendiri. Hal ini bertujuan selain untuk melatih skill kita dalam bidang mikrobiologi, tetapi juga untuk menghindari banyaknya kontaminan yang masuk ke dalam biakan.
V. KESIMPULAN DAN
SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum maka dapat disimpulkan bahwa
alat-alat pada laboratorium mikrobiologi terbagi atas alat-alat yang terbuat
dari gelas, alat-alat sterilisasi, mikroskop, dan alat-alat lain. Yang termasuk
alat-alat gelas antara lain tabung reaksi, tabung durham, erlenmeyer, gelas
ukur, pipet tetes, cawan petri dan penutup, batang gelas bengkok, corong,
batang pengaduk, gelas kimia dan labu ukur.
Yang termasuk alat-alat sterilisasi yaitu otoklaf, oven, dan bunsen. Sedangkan yang termasuk alat-alat lain yaitu Colony Counter, Inkubator, Shaker, Ose, rak tabung, centrifuge, neraca analitik, spektrofotometer, lemari pendingin, kompor gas, dan laminary air flow.
Yang termasuk alat-alat sterilisasi yaitu otoklaf, oven, dan bunsen. Sedangkan yang termasuk alat-alat lain yaitu Colony Counter, Inkubator, Shaker, Ose, rak tabung, centrifuge, neraca analitik, spektrofotometer, lemari pendingin, kompor gas, dan laminary air flow.
B.
Saran
Sebaiknya dalam melakukan praktikum ini, praktikan
memperhatikan betul alat–alat yang digunakan dalam mikrobiologi agar dapat
mengetahui fungsi dan prinsip kerja dari masing–masing alat tersebut.
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Mikrobiologi merupakan suatu telaah
studi mengenai mikroorganisme. Mikroorganisme merupakan organisme hidup yang
berukuran kecil yang hanya dapat dilihat secara mikroskopis. Mikroorganisme
yang ada di alam terdiri dari berbagai macam jenis dan jumlahnya tidak
terbatas. Mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang biak dimana saja dengan
syarat cukup nutrien dan berkembang pada médium yang tepat. Medium dapat berupa
médium cair, médium padat dan médium setengah padat. Mikroorganisme baik yang
membentuk koloni atau tidak, saat berkembang pada suatu medium dapat diketahui
jumlahnya dengan beberapa metode salah satunya adalah metode hitungan cawan.
Mikroorganisme ada yang memiliki sifat menguntungkan dan ada juga yang bersifat
merugikan, untuk mengetahuinya dapat dilakukan serangkaian pengujian melalui
pewarnaan mikroorganisme.
Media adalah
suatu bahan yang di gunakan untuk menumbuhkan mikroba baik di atas maupun di
dalamnya, sehingga dapat di pelajari aktifitas mikroba, pengaruh suattu bahan
terhadap pertumbuhan mikroba dan memperoleh zat tertentu yang di hasilkan oleh
mikroba tertentu.
Media yang digunakan haruslah
memperhatikan komponen-komponenyang di butuhkan oleh mikroba. Secara umum
mikroba mempunyai kebutuhan nutrient dasar yang sama yaitu air, karbon, energy,
mineral dan factor pertumbuhan seperti vitamin dan beberapa asam amino. Selain
itu mikroba juga memiliki kisaran PH minimum,maksimum dan optimum untuk
pertumbuhannya.
Berdasarkan
sifat fisik,media di bedakan atas media padat, media setengah padat dan media
cair. Media padat di gunakan untuk melihat bentuk koloni, media setengah padat
untuk menguji ada tidaknya mortalitas dan kemampuan fermentasi sedangkan media
cair di gunakan untuk membiakan organisme dalam jumlah besar terutama mikroba
yang terdapat dalam jumlah minimdan juga dapat melihat mikroba yang bersifat
aerob, anaerofn fakultatif, dan mikroaerofil.
Berdasarkan
komposisi kimianya dibedakan atas media sintetik yaitu media pertumbuhan yang
di ketahui komposisi kimianya secara pasti sedangkan media non sintetik
komposisi kimianya tidak di ketahui secara pasti.
Berdasarkan
fungsinya di bedakan atas media dasar, media penyubur, media selektif dan media
differensial. Media dasar adalah media pembiakan sederhana yang mengandung
zat-zat yang umum dibutuhkan oleh sebagian besar mikroorganisme,media penyubur
adalah adalah media dasar yang di tambahkan zat penyubur, media selektif
adalah media yang di gunakan untuk
menumbuhkan satu jenis mikroba sedangkan media differensial media yang
mengandung zat kimia tertentu yang memungkinkan dapat membedakan berbagai tipe bakteri
yang tumbuh bersama-sama.
B. Tujuan dan manfaat
Tujuan dari Praktikum ini dilakukan adalah agar mahasiswa dapat membuat media
biakan.
Manfaat
praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan media dan
larutan pengencer.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Teknik tubiditas
menggunakan media broyh (kaldu) dan yang diamati adalah karakteristik
kekeruhannya, tiap mikroorganisme memiliki karakteristik turbiditas (kekeruhan
yang berbeda-beda ada diantaranya mikroorganisme yang membentuk partikel
melayang (flocculent) didalam media broth. Ada yang tersendimentasi, melayang
dipermukaan saja (pellicle) dan ada pula yang melayang dipermukaan berbentuk
seperti cincin (Anonim, 2011).
Media yang digunakan haruslah memperhatikan
komponen-komponen yang dibutuhkan oleh mikroba.
Secara umum mikroba mempunyai kebutuhan nutrient dasar yang sama yaitu
air, karbon, energi, mineral dan faktor pertumbuhan seperti vitamin dan
beberapa asam amino. Selain itu juga mikroba juga memiliki kisaran pH minimum,
maksimum dan optimum untuk pertumbuhannya (Sarita, 2007).
Sterilisasi kering digunakan dalam sterilisasi alat-alat
gelas dilaboratorium, dimana digunakan oven dengan suhu 160-1800C
selama 1,5-2 jam dengan sistem udara statis. Praktik menggunakan oven yang
dilengkapi dengan sirkulsai udara panas, diperlukan waktu setengahnya karena
aliran udara panas kealat-alat gelas akan lebih efisien. Sterilisaisi
kering dapat dilakukan dengan cara pemijaran, jilatan api, dan tanur uap panas.
Pemijaran diterapkan pada ose ujung-ujung pinset dan sudip logam. Jilatan apai
diterapkan terhadap skalpel, jarum, mulut tabung biakan, kaca objek, dan kaca
penutup. Tanur uap panas digunakan dengan suhu 160-1650C selama satu
jam. Tanur uap panas diterapkan terhadap alat-alat kering tebuat dari kaca seperti
tabung reaksi, punggan petri, labu, pipet, pinset, skalpel, gunting kapas hapus
tenggorok, alat suntik dari kaca, juga diterapkan pada bahan-bahan kering dalam
tempat-tempat tertutup, bahan serbuk, lemak dan minyak (Irianto, 2010).
Sterilisasi dengan menggunakan pemanasan basah, dapat dengan
beberapa cara perebusan, pemanasan dengan tekanan, tindalisasi dan
pasteurisasi. Perebusan dapat didalam air mendidih dengan suhu 1000C
selama beberapa menit. Pemanasan dengan tekanan dapat dilakukan dengan menggunakan
autoklaf untuk membunuh bakteri yang paling tahan panas. Spora yang paling
tahan panas akanmati pada suhu 1210C selama 15 menit. Tindalisasi
dilakukan dengan cara memanaskan medium atau larutan menggunakan uap selama
satu jam tiap hari utuk tiga hari berturut-turut. Waktu inkubasi diantara dua
proses pemanasan sengaja diadakan supaya spora dapat bergerminasi menjadi sel
vegetatif sehingga mudah dibunuh pada pemansan berikutnya. Pasteurisasi
biasanya diakukan pada terhadap susu. Proses ini dapat mencegah penyakit yang
disebabkan oleh streptokoki grup A. Pasteurisasi dilakukan pada suhu 650C
selama 30 menit atau 720C selama 15 detik. Setelah pasteurisasi,
produk harus didinginkan untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang masih hidup.
Uap mengalir bebas diguakan dalam tempat yang tidak tertutup rapat yang dapat
menahan uap itu tanpa tertekan. Air mendidih dan uap bebas tidak perbnah
mencapai suhu lebih dari 1000C (2120F). Uap bebas ini
digunakan untuk mensterilisasi dengan menggunakan uap pada suhu 1000C
yang dialirkan pada benda yang disterilkan untuk beberapa menit berkali-kali
(tiga sampai empat kali) dengan selang waktu 24 jam (Irianto, 2010).
Penetesan pada cawan yaitu
dengan membagi media agar dalam tiga atau empat seketor tetesan larutan sample
dipindahkan kemasing-masing sektor tetesan tersebut dibiarkan kering dan
diingkubasi. Suatu pipet penetes digunakan untuk memindahkan tetesan,
pengenceran sample diatur sehingga didapat 5-20 koloni terbetuj dari setiap
tetesan pada media agar perhitungan dapat dilakukan 3-4 kali dalam cawan
sehingga menghemat bahan untuk uji mikrobiologi. Jika setiap satu milliliter
dari larutan-larutan tersebut dipindahkan kedalam tabung nutrient broth, akan
tetapi ditemukan pertumbuhan hanya akan diperoleh kesempatan sekali dari
sepuluh kali apabila 1 ml larutan yang berisi 0,1 sel/ml yang dipindahkan ke
tabung nutrient broth (Afrianti, 2007)
Dasar makanan yang paling baik
bagi pemiaraan baakteri ialah medium yang mengandung zat – zat organik seperti
rebusan daging, sayur – sayuran, sisa – sisa makanan atau ramuan – ramuan yang
dibuat oleh manusia. Medium yang banyak digunakan dalam pekerjaan rutin di
laboratorium ialah kaldu cair dan kaldu agar. Medium ini tersusun daripada :
kaldu bubuk 3 gram, pepton 5 gram, air suling 1000 gram (Dwijoseputro, 2005).
Media
merupakan suatu bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba baik diatas
maupun didalamnya, sehingga kita dapat mempelajari aktifitas mikroba, pengaruh
mikroba terhadap pertumbuhan mikroba dan memperoleh zat tertentu yang
dihasilkan oleh mikroba tertentu. Media biakan yang ada sekarang terdiri dari
berbagai asam berdasarkan kreteria tertentu. Menurut sifat fisiknya media dapat
dibedakan menjadi : media padat yaitu media yang digunakan untuk melihat bentuk
koloni, media setengah padat untuk menguji ada tidaknya mortalitas dan
kemampuan fermentasi sedangkan media cair digunakan untuk membiakan organisme
dalam jumlah besar terutama mikroba yang terdapat dalam jumlah minim dan juga
dapat melihat mikroba yang bersifat aerob, anaerob, anaerob akultatif dan
mikroarofil. Dalam penggunaan media padat NA (Nutrient Agar), media tersebut
digunakan untuk budidaya bakteri dan untuk pencegahan organisme dalam air,
limbah, kotoran, dan lainnya. Komposisi : Beef extract, peptone, agar dan
aquadest (Ruly, 2009).
III.
METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan Tempat
Praktikum
pembuatan media dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 26 November 2013 Pukul
14.00 WITA dan bertempat di gedung Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Univeritas Halu Oleo, Kendari.
B. Alat dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan pada pratikum pembuatan media dapat dilihat pada Tabel
2.
Tabel 2. Alat dan Bahan pada Praktikum Pembuatan Media
No
|
Alat dan bahan
|
Satuan
|
Kegunaaan
|
A.
|
Alat
|
||
|
-Timbangan
Analitik
-Gelas
Ukur
-Gelas
Piala
-Batang
Pengaduk
-Tabung
Reaksi
-Cawan
Petri
-Autoklaf
|
Gram
ml
ml
-
-
-
-
|
Menimbang
bahan
Mengukur
aquades
Pembuatan
larutan
Mengaduk
larutan
Tempat
larutan
Mengawetkan
bahan
Mensterilkan
bahan
|
B.
|
Bahan
|
||
|
-Media
Na
-Air
suling
|
Gram
Ml
|
Bahan
percobaan
Bahan
percobaan
|
C.
Prosedur
kerja
Pembuatan
media dari ekstrak media yang telah jadi (Contoh: Media NA) :
1. Mengukur
air suling sebanyak 50 ml dengan menggunakan gelas ukur, kemudian tuang kedalam
gelas piala yang berukuran 250 ml.
2. Menimbang
media Na seberat 1 gram dan memasukkan ke dalam air suling pada gelas piala.
3. Memanaskan
sampai mendidih sambil diaduk terus-menerus.
4. Memasukkan
ke dalam tabung reaksi dan menyumbatnya dengan kapas.
5. Mensterilkan
pada autoklaf
6. Membuat
media tegak, media miring, dan media cawan secara aseptik.
7. Memasang
etiket pada bagian dasar cawan dan pada bagian atas tabung reaksi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Pembuatan media dari
ekstrak media yang telah jadi (Contoh: Media NA)
Gambar
1. Media Tegak Gambar 2. Media Miring
Keterangan:
1.Penutup
(kapas)
2.Tabung
reaksi
3.Cawan
petri
4.Media
Na 1 gr
5.
Label
|
Gambar
3. Media Cawan
B.
Pembahasan
Mikrobiologi, mempelajari tentang mikroba yang meliputi bakteri, fungi atau
mikroorganisme lainnya, baik dalam morfologi dan penampakan koloninya. Karena
itu, untuk melihat dengan jelas penampakan mikroba tersebut, terlebih dahulu
membuat biakan atau piaraan organisme. Sebelumnya, bahan serta peralatan harus
dalam keadaan steril, tujuannya yakni agar pada bahan dan peralatan yang ingin
dipergunakan tidak terdapat mikroba lain yang tidak diharapkan. Proses dari
kegiatan steril dikenal dengan sebutan sterilisasi.
Sementara itu, untuk menumbuhkan mikroorganisme yang sudah
dibiakkan (murni) digunakan media. Media merupakan suatu bahan yang digunakan
untuk menumbuhkan mikroba baik diatas maupun didalamnya sehingga dapat
dipelajari aktifitas mikroba, pengaruh suatu bahan terhadap pertumbuhan mikroba
dan memperoleh zat tertentu yang dihasilkan zat tertentu. Media dapat dibedakan
berdasarkan sifat fisik media yakni media padat, media setengah padat, dan media
cair.
Pembuatan media dari ekstrak media yang telah jadi (Contoh
Media NA) merupakan metode pembuatan media padat. Media padat merupakan media
yang berbentuk padat yang digunakan untuk membiakan mikroba. Menurut Indra
(2008), media padat adalah media yang mengandung agar 15% sehingga setelah
dingin media menjadi padat..Media NA (Nutrient Agar) merupakan padatan yang
bermaksud membuat media menjadi padat. Komposisi media tersebut memiliki
nutrient-nutrien yang dibutuhkan oleh mikroba untuk tumbuh. Hal ini sesuai
dengan pendapat Label (2008), meyatakan bahwa nutrien dalam medium harus
memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup, yang meliputi air, karbon, energi,
mineral dan faktor tumbuh.
Pada media padat,
pembiakan mikroba dilakukan dengan tiga metode, yakni media tegak, media miring
dan cawan. Media tegak merupakan media yang ditegakkan, menggunakan tabung
reaksi. Dalam media tegak, pertumbuhan bakteri ditunjukan dengan adanya bakteri
yang melintang ke dalam media tegak, namun pertumbuhan bakteri diatas permukaan
media tegak lebih banyak, ini ditunjukkan karena bakteri yang bersifat aerob
bergerak ke atas untuk mendapatkan oksigen, sehingga penampakan bakteri yang
lebih banyak ada di atas permukaan media tegak, namun pada media tegak ini
pertumbuhan bakteri lebih sedikit di banding pada media miring atau media
cawan.
Sedangkan pada media
miring, bakteri tumbuh disekitar agar yang posisinya miring mengikuti bentuk
goresan (merupakan bakteri yang bersifat aerob fakultatif). Bakteri aerob
fakultatif merupakan bakteri yang dapat hidup dengan ada tidaknya oksigen.
Pertumbuhan bakteri akan tumbuh banyak, seperti halnya pada media cawan, karena
media miring ini memungkinkan tersentuh oksigen untuk mendapatkan nutrisi bagi
bakteri.
Selanjutnya
pada media cawan, penanaman bakteri ditunjukkan dengan adanya penampakan
bakteri di atas permukaan media, ini menunjukkan bahwa bakteri ini bersifat aerob,
bakteri menuju keatas untuk mendapatkan oksigen lebih banyak. Pada media cawan,
pertumbuhan bakteri lebih banyak di banding dengan pertumbuhan pada media yang
lain, yang disebabkan karena luas permukaan sentuh media cawan dengan oksigen
lebih banyak.
V.
PENUTUP
A. Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari
pratikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Pembuatan media adalah suatu bahan yang
digunakan untuk menumbuhkan mikroba baik diatas maupun didalamnya.
2.
Pembuatan media dapat dilakukan dengan
tiga bentuk media, yakni media tegak, miring dan media cawan.
3.
Media cawan, menumbuhkan banyak bakteri
ketimbang media tegak dan miring. Hal ini disebabkan luas permukaan sentuh
media cawan dengan oksigen lebih banyak, dimana oksigen dibutuhkan oleh bakteri
untuk melakukan metabolisme dalam kelangsungan hidupnya.
B.
Saran
Saran sebagai praktikan yaitu alat
pemanas pada waktu memanaskan larutan di tambah agar proses praktikum berjalan
lancar dan tepat waktu.
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada umumnya mikroba yang hidup di alam terdapat dalam bentuk populasi
campuran. Sangat jarang mikroba di alam dijumpai sebagai spesies yang tunggal.
Dengan demikian, agar mikroba tersebut dapat diidentifikasikan,sehingga mudah
dipelajari sifat pertumbuhan, morfologis, dan fisiologis masing-masing mikroba maka
langkah pertama yang harus dilakukan yaitu spesies tersebut dipisahkan dari
organisme lain yang umum dijumpai dalam habitatnya, kemudian ditumbuhkan
menjadi biakan murni yaitu suatu biakan yang terdiri dari sel-sel dari satu
spesies
( Dwidjoseputro, 2005).
Proses mendapatkan biakan murni dari
suatu biakan campuran dengan cara memisahkan satu spesies dari spesies yang
lain disebut isolasi. Pada dasarnya metode-metode pemisahan menjadi satu
spesies mempunyai prinsip sama yaitu mengencerkan mikroba tersebut sehingga
diperoleh satu spesies yang terpisah. Setiap koloni yang terpisah yang tampak
dalam cawan Petri berasal dari satu sel, metode yang biasa dilakukan untuk
memperoleh biakan murni adalah tekhnik cawan gores (Streak plate) dan cawan
tuang (Pour plate).metode saring temple, dan metode cair (
Prayetno, 2008).
Metode agar sebar, agar tuang, dan metode cair biasa digunakan untuk menghitung
jumlah mikroba dalam suatu sampel, dimana pada metode ini jumlah sampel yang
akan dityumbuhkan diketahui dengan pasti misalnya 1 ml atau 0,1 ml. Metode
saring umumnya digunakan jika sampel air maka dilakukan penyaringan dengan
kertas saring kemudian sedimen yang melekat ditempelkan pada permukaan media
sedangkan untuk bahan padat langsung ditempelkan pada permukaan media ( Dwidjoseputro, 2005).
Berdasarkan hal
diatas maka untuk lebih mengetahui bagaimana cara kultur mikroba dan teknik
isolasi maka praktikuim ini penting untuk dilaksanakan.
B. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum ini
adalah melatih mahasiswa untuk melakukan kultur dan isolasi pada
berbagai jenis mikroba.
Manfaat dari praktikum ini adalah menambah ilmu pengetahuan
dan wawasan khususnyha tentang bagaimana cara melakukan kultur dan isolasi pada
berbagai jenis mikroba.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Prinsip dari isolasi mikroba adalah
memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lain yang berasal dari campuran
bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam
media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni sel yang tetap pada
tempatnya (
Nur, I. dan Asnani, 2007).
Dikenal beberapa cara atau metode untuk
memperoleh biakan murni dari suatu biakan campuran. Dua diantaranya yang paling
sering digunakan adalah metode cawan gores dan metode cawan tuang. Yang
didasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud untuk memperoleh spesies
individu. Dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu jenis
sel yang dapat diamati (Afrianto,
2004).
Biakan murni diperlukan dalam berbagai
metode mikrobiologis, antara lain digunakan dalam mengidentifikasi mikroba.
Untuk mengamati ciri-ciri kultural morfologi, fisiologi dan serologi dibutuhkan
mikroba yang berasal dari satu spesies (Dwidjoseputro, 2005).
Bakteri yang memiliki flagella sering
kali membentuk koloni yang menyebar terutama jika menggunakan lempengan agar
basah, untuk mencegah menyebarnya koloni maka harus digunakan agar benar-benar
kering (Duniaschinici,
2007).
Teknik pour
plate atau lempeng tuang
adalah suatu teknik atau
metode menumbuhkan mikroorganisme dalam media agar yang masih
cair dengan stik kultur vakteri. Teknik atau metode ini biasanya digunakan pada
uji TPC. Teknik ini
mempunyai kelebihan yaitu mikrooragnisme yang tumbuh tersebar
merata pada media agar. Teknik sprad plate atau lempeng sebar adalah suatu teknik
menumbuhkan mikroorganisme didalam
media agar dengan cara menuangkan stok kultur bakteri atau menghapusnya di atas
media agar yang telah berbentuk
padat (Pelazar, 2003).
Teknik strak plate atau
lempeng gores
adalah suatu teknik menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara
menstreak atau menggores
permukaan agar dengan jarum ose yang telah diinokulasikan dengan kultur
bakteri. Dengan teknik ini mikroorganisme yang tumbuh akan tampak dalam goresan
inokulum bekas dari streak jarum ose (Dwijoseputro, 2005).
Teknik agar
slants atau miring adalah
kultifitas biakan mikroba ke dalam agar miring di dalam tabung reaksi yang digunakan untuk melihat
karakteristik koloni bakteri yang tumbuh. Tiap bakteri mempunyai karakteristik
koloni yang berbeda. Karakteristik yang diamati pada koloni bakteri yang tumbuh
adalah ukuran, bentuk keseleruhan koloni, tepi/margin, elevasi, permukaan,
pigmentasi, warna, kelarutan dalam air, opasitas dan bau (Djida, 2000).
IIII. METODE
PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 29 November 2011 Pukul 10.00-12.00 WITA dan
bertempat di gedung Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Univeritas Halu
Oleo, Kendari.
B.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum dapat
dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Alat dan Bahan Percobaan Kultur
Mikroba dan Teknik Isolasi sebagai berikut :
No.
|
Alat dan
Bahan
|
Satuan
|
Kegunaan
|
A.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
B.
1.
2.
3.
4.
|
Alat
Lampu Bunsen
Jarum oce
Pipet volume
Botol specimen
Tabung reaksi
Cawan petri
Bahan
Borungo
Larutan
pengencer
Alkohol 70%
Aquades
|
-
-
ml
-
-
-
-
-
-
-
|
Untuk mensterilkan alat
Untuk mengambil bakteri
Untuk mengambil larutan
Untuk tempat larutan
Untuk tempat larutan
Untuk tempat larutan
Bahan percobaan
Bahan mengencerkan
Untuk mensterilkan tangan
Sebagai bahan larutan pengencer
|
C.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada pratikum kultur
mikroba dan teknik isolasi adalah sebagai berikut :
a. Metode Gores dengan larutan pengencer
-
Melakukan
pengenceran sebanyak 7 kali dengan menggunakan 7 tabung reaksi.
-
Pengenceran dilakukan dengan menggunakan
larutan pengencer sebanyak 9 ml yang dimasukkan kedalam tabung
reaksi pertama dan dikoccok sampai homogeny.
-
Kemudian
melakukan pengencer 10-2 dengan mengambil 1 ml air hasil kocokkan
didalam tabung reaksi pertama dan memasukkan kedalam tabung reaksi kedua yang
telah berisi 9 ml larutan pengencer.
-
Hal
yang sama dilakukan untuk pengenceran 10-3, 10-4, 10-5,
10-6,10-7 dan 10-8.
-
Membuat
3 goresan pada media cawan menggunakan hasil pengencer 10-2, 10-5,
10-8 dengan cara mengambil larutan memakai jarum oce yang telah
dipanaskan terlebih dahulu dan didinginkan beberapa detik.
-
Untuk
goresan pertama yang menggunakan pengencer 10-2 dilakukan dengan
metode gores langsung, dan goresan kedua yang menggunakan pengenceran 10-5
dengan metode gores kuadran dan ketiga dengan yang meggunakan pengenceran
10-8 dengan metode gores radian.
-
Media
yang telah jadi, kemudian di inkubasi selama 1X24 jam dalam incubator.
-
Melakukan
pengamatan jumlah koloni yang tumbuh dalam media.
-
Menghitung
dan mencatat jumlah koloni yang ada.
b.
Metode gores dan metode tuang dengan bahan
padat
-
Menimbang
sampel padat yakni borungo yang telah di haluskan sebanyak 5 g.
-
Membuat
larutan dengan menggunakan ikan 5 g dan dilarutkan dengan air dalam gelas
piala kemudian dikocok hingga merata.
-
Membuat
2 kali pengenceran dengan menggunakan larutan borungo dengan cara memasukkan 1
ml larutan borungo dan 9 ml larutan pengencer kedalam tabung reaksi pertama dan
dikocok hingga homogeny.
-
Membuat
pengenceran 10-2 dengan cara mengambil 1 ml larutan hasil
-
pengenceran
pada tabung reaksi pertama ditambahkan 9 ml larutan pengencer dalam tabung
reaksi kedua.
-
Untuk
metode gores digunakan pengenceran 10-2 dengan cara mengambil
larutan memakai jarum oce yang telah di panaskan dan didinginkan beberapa detik
kemudian membuat goresan langsung pada media cawan pertama.
-
Untuk
metode tuang, diambil 0,1 ml larutan hasil pengenceran 10-2 dan
memasukkannya kedalam media cawan 2 dan goyang cawan petri dengan gerakkan
memutar sampai merata dengan posisi cawan tetap pada permukaan meja.
-
Mendiamkan
beberapa saat, kemudian membungkus dengan kertas dengan membalik posisi cawan.
-
Melakukan
inkubasi untuk menumbuhkan mikroba dengan menggunakan incubator selama 1 X 24
jam.
-
Mengamati
dan menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada permukaan media.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan
dalam praktikum kultur mikroba dapat dilihat pada table 4. Berikut :
Table 4. hasil pengamatan kultur
mikroba
No
|
Borungo
|
Jumlah koloni
|
Warna
|
1.
2.
3.
|
10-2
10-5
10-8
|
7 koloni
16 koloni
8 koloni
|
Putih susu
Putih susu
Putih susu
|
B.
Pembahasan
Mikroba yang terdapat biasanya dalam
bentuk campuran dari berbagai jenis, sehingga untuk mempelajari sifat atau
morfologi dari mikroba sangat sulit. Ini sesuia dengan pendapat Dwidjoseputro
(2005) yang menyatakan bahwa Pada umumnya mikroba yang hidup di alam
terdapat dalam bentuk populasi campuran. Sangat jarang mikroba di alam dijumpai
sebagai spesies yang tunggal. Dengan demikian, agar mikroba tersebut dapat
diidentifikasikan,sehingga mudah dipelajari sifat pertumbuhan, morfologis, dan
fisiologis masing-masing mikroba maka langkah pertama yang harus dilakukan
yaitu spesies tersebut dipisahkan dari organisme lain yang umum dijumpai dalam
habitatnya, kemudian ditumbuhkan menjadi biakan murni yaitu suatu biakan yang
terdiri dari sel-sel dari satu spesies.
Untuk
menentukan jumlah mikroba yang
hidup saja dapat digunakan cara pengenceran. Dasar
perhitungan yang
digunakan adalah
dengan mengencerkan sejumlah volume tertentu suatu suspensi bahan atau biakan
mikroba secara bertingkat, setelah diinikulasi kedalam medium dan diinkubasi
dilihat adanya pertumbuhan mikrobia. Dalam melakukan pemisahan ini ada beberapa
metode yang perlu diperhatikan yaitu dengan menggunakan metode cawan gores dan
metode cawan tuang.
Metode tersebut
merupakan cara untuk memperoleh biakan murni. Biakan murni mempunyai peranan
paling penting dalam berbagai metode mikrobiologis karena dapat membantu dalam
proses mengidentifikasi mikroba.
Pada praktek yang kami lakukan metode yang gunakan adalah metode cawan gores
dan cawan tuang. Setelah selesai kita lakukan seperti prosedur kerjanya maka
jumlah koloni pada sampel borungo adalah 10-2=13, 10-5
=11, 10-8 =18 dengan warna putih kekuningan dan pada sampel borungo
dengan metode cawang tuang dan cawan gores adalah cawang tuang terdapat 58
koloni dan pada cawan gores terdapat 51 koloni denga warna kuning kehijauan.
V.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pratikum ini adalah :
-
Proses untuk mendapatkan biakan murni
adalah isolasi
-
Tehnik isolasi mikroba adalah proses
menumbuhkan mikroba dalam suatu media .
-
Metode yang dilakukan untuk memperoleh
biakan murni adalah metode cawan gores (streak plate), agar sebar/permukaan
(Spread/surface plete), cawan tuang (Pour plate), metode saring dan metode
cair.
B. Saran
Saran yang dapat kami sampaikan adalah
sebaiknya alat-alat yang akan digunakan dipersiapkan terlebih dahulu sehingga
percobaan dapat berjalan dengan lancar.
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umumnya,
bakteri dapat dibedakan atas bentukya yang bermacam-macam yakni seperti basil (tongkat), kokus, dan spirilum. Selain
itu,
bakteri juga dapat dibedakan melalui teknik pewarnaan sederhana. Teknik pewarnaan sederhana tersebut dapat menghasilkan warna merah dan ungu. Bakteri gram negatif ditandai dengan pewarnaan ungu sedangkan yang positif berwarna merah (Prescott, 2008). Hal ini bertujuan untuk memberikan warna pada bakteri pada akhirnya dapat diidentifikasi dengan mudah. Selain itu, ada endospore yang bisa diwarnai. Endospora adalah organisme yang dibentuk dalam kondisi yang stres karena kurang nutrisi, yang memiliki kemungkinan untuk tetap berlanjut di lingkungan sampai kondisi menjadi baik (Iud W., 2008).
bakteri juga dapat dibedakan melalui teknik pewarnaan sederhana. Teknik pewarnaan sederhana tersebut dapat menghasilkan warna merah dan ungu. Bakteri gram negatif ditandai dengan pewarnaan ungu sedangkan yang positif berwarna merah (Prescott, 2008). Hal ini bertujuan untuk memberikan warna pada bakteri pada akhirnya dapat diidentifikasi dengan mudah. Selain itu, ada endospore yang bisa diwarnai. Endospora adalah organisme yang dibentuk dalam kondisi yang stres karena kurang nutrisi, yang memiliki kemungkinan untuk tetap berlanjut di lingkungan sampai kondisi menjadi baik (Iud W., 2008).
Prinsip dasar dari
pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri
dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion
karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna.
Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna
basa. Pewarna asam dapat tejadi karena bila senyawa pewarna bermuatan negatif.
Dalam kondisi pH mendekati netral dinding sel bakteri cenderung bermuatan
negatif, sehingga pewarna asam yang bermuatan negatif akan ditolak oleh dinding
sel, maka sel tidak berwarna. Pewarna asam ini disebut pewrna negatif. Contoh
pewarna asam misalnya : tinta cina, larutan Nigrosin, asam pikrat, eosin dan
lain-lain. Pewarnaan basa bisa terjadi biasenyawa pewarna bersifat positif,
sehingga akan diikat oleh dinding sel bakteri dan sel bakteri jadi terwarna dan
terlihat. Contoh dari pewarna basa misalnya metilin biru, kristal violet,
safranin dan lain-lain.
Teknik pewarnaan yang lain adalah pewarnaan diferensial, yang menggunakan senyawa pewarna yang lebih dari satu jenis. Diperlukan untuk mengelompokkan bakteri misalnya, bakteri gram positif dan bakteri gram negatif atau bakteri tahan asam dan tidak tahan asam. Juga diperlukan untuk mengamati struktur bakteri seperti flagela, kapsula, spora dan nukleus (Campbell dan Reece, 2005).
Teknik pewarnaan yang lain adalah pewarnaan diferensial, yang menggunakan senyawa pewarna yang lebih dari satu jenis. Diperlukan untuk mengelompokkan bakteri misalnya, bakteri gram positif dan bakteri gram negatif atau bakteri tahan asam dan tidak tahan asam. Juga diperlukan untuk mengamati struktur bakteri seperti flagela, kapsula, spora dan nukleus (Campbell dan Reece, 2005).
Teknik pewarnaan
sederhana haruslah sesuai prosedur karena dapat mengakibatkan kesalahan
identifikasi data apakah gram positif atau gram negatif. Teknik tersebut antara
lain fiksas dan olesan bakteri. Hal ini menyebabkan perlu diadakannya praktikum
ini agar mengetahui jalannya mekanisme pewarnaan gram yang baik.
B. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
dari pratikum kultur murni adalah untuk
mengenal cara pewarnaan dan mempelajari bentuk bakteri.
Kegunaan dilakukannya pratikum kultur murni
ini yaitu agar dapat menambah wawasan dan dapat lebih memahami tentang
pewarnaan pada suatu bakteri.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi bakteri dapat
diamati dengan cara membuat preparat mikroskopik dan untuk tujuan tertentu
preparat mikroskop harus diwarnai. Preparat mikroskop ada dua macam yaitu
preparat basah dan preparat kering. Preparat basah yaitu preparat yang
digunakan untuk mengamati jasad renik yang masih hidup dengan menggunakan
cairan tertentu. Preparat kering dibuat melalui proses pewarnaan, yaitu untuk
mengamati mikroba yang telah diwarnai dengan zat tertentu yang biasanya
berhubungan dengan sifat mikroba tertentu (Indriyani, dkk., 2009).
Sebelum pewarnaan
dilakukan pembuatan olesan (smear) dan fiksasi pada bekteri yang akan diamati.
Olesan (smear) adalah pemberian bakteri pada kaca benda, sedangkan fikasai
adalah perlakuan pada bakteri. Bakteri tersebut dimatikan sedemikian rupa,
tetapi selnya mati tanpa terjadi perubahan bentuk sel dan struktur yang berada
dalam sel, dan memudahkan menempel pada kaca benda (Anonim, 2011).
Pada
umumnya, olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan
adanya struktur internal seperti spora dan butiran zat pewarna khusus
diperlukan untuk melihat bentuk kapsul ataupun flagella, dan hal-hal terperinci
tertentu di dalam sel. Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif
dan ion negatif, yang salah satu diantaranya berwarna (Campbell dan Reece,
2005).
Sel
bakteri dapat teramati dengan jelas jika digunakan mikroskop dengan perbesaran
100×10 yang ditambah minyak imersi. Jika dibuat preparat ulas tanpa pewarnaan,
sel bakteri sulit terlihat. Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel bakteri
dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel bakteri. Zat warna dapat
mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga kontras sel bakteri dengan
sekelilingnya ditingkatka. Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa.
Pada zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut
kromofor dan mempunyai muatan positif. Sebaliknya pada zat warna asam bagian
yang berperan memberikan zat warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa
lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak banyak ditemukan pada
permukaan sel. Contoh zat warna asam antara lain Crystal Violet, Methylene
Blue, Safranin, Base Fuchsin, Malachite Green dll. Sedangkan zat warna basa
antara lain Eosin, Congo Red dll (Irawan, 2008).
Pewarnaan
Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak
digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan penting
dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau
tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan
lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi
menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif memiliki
dinding sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan baktri gram negatif
mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel
(Irawan, 2008).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna , substrat,
intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang
sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat
warna terhapus. sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam
encer. Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini
merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies (Entjang I., 2003).
III. METODE PRATIKUM
A. Waktu dan Tempat
Pratikum
ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 5 Desrmber 2013 Pukul 11.00 WITA dan
bertempat di gedung Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Univeritas Halu Oleo, Kendari.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang
digunakan pada praktikum kultur murni dan teknik isolasi dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5. Alat dan Bahan yang di gunakan pada Praktikum
Pengecetan Bakteri.
No Alat dan Bahan
|
Satuan
|
Kegunaaan
|
|
A.
|
Alat
|
||
1.
2.
3.
4.
5.
|
Mikroskop
Pipet
tetes
Jarum
oce
Kaca
objek
Lampu
Bunsen
|
-
ml
-
-
-
|
Melihat
warna bakteri gram negatif dan positif
Meneteskan larutan pada bahan
yang diamati
Memindahkan sampel dari
tempat cawan petri ke kaca objek
Tempat untuk meletakkan
sampel dari larutan biakan murni
Mensterilkan
alat
|
B.
|
B
ahan
|
||
1.
2.
3.
|
Biakan
murni
Aquades
Zat
warna
|
-
-
-
|
Bahan
percobaan
Untuk
membersihkan alat
Bahan
percobaan
|
C. Prosedur Kerja
Prosedur
kerja pada praktikum pengecetan pewarnaan sederhana adalah sebagai berikut :
1.
Membuat olesan bakteri pada kaca benda.
2.
Membari zat warna utama yaitu amonium
oksalat kristal ungu (Berupa larutan) selama satu sampai dua menit, kemudian
dicuci dengan air mengalir.
3.
Memberi mordan yaitu larutan iodium
dalam KJ (Yodium Lugol) selama 1 sampai 2 menit, dicuci dengan air mengalir.
4.
Meneteskan larutan media massa aseton
sedikit demi sedikit, sehingga larutan
yang mengalir tadi mudah berwarna atau tidak berwarna.
5.
Meneteskan warna penutup yaitu
larutan safranin berwarna merah atau
karbolfuhsin selama 2 sampai 3 menit, cuci dengan air mengalir dikering
anginkan.
6.
Mengamati
hasil pengamatan pewarnaan sederhana di bawah mikroskop.
7. Menggambar bentuk bakteri dengan warnanya.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Hasil
pengamatan dalam
praktikum pengecetan bakteri dapat dilihat pada table 6. Berikut :
Tabel 6. Hasil
Pengamatan Praktikum Pengecetan Bakteri
No
|
Sampel
|
Warna
|
Keterangan
|
Borungo
|
|||
1.
2.
|
10-2
10-8
|
Ungu
Merah
|
Bakteri
gram positif
Bakteri
gram negative
|
B. Pembahasan
Mikroskop memiliki dua
bentuk preparat yaitu preparat basa dan kering. Preparat kering dibuat melalui
proses pewarnaan, yaitu untuk mengamati mikroba yang telah diwarnai dengan zat
tertentu yang biasanya berhubungan dengan sifat mikroba tertentu. Sedangkan
basa untuk mengamati jasad renik yang masih hidup dengan menggunakan cairan
tertentu.
Berdasarkan pengecetan
pewarnaan gram, bakteri dikelompokan menjadi dua kelompok besar, yaitu bakteri
gram positif dan bakteri gram negatif. Pewarnaan ini membedakan bakteri
berdasarkan karakteristik fisik dan kimia dinding selnya. Sifat fisik dinding
sel yang dimaksud adalah bentuk susunan dinding selnya. Sedangkan berdasarkan
berdasarkan sifat kimia dinding selnya adalah zat yang dikandung oleh bakteri
tersebut.
Pada
sampel air tawar dengan menggunakan metode gores, didapat bakteri gram positif
pada bakteri yang awalnya berwarna putih susu (menghasilkan warna ungu).
Sedankan pada bakteri yang warna awalnya orange, termaksud bakteri gram negatif
(menghasilkan warna merah).
Bakteri
gram positif Bakteri gram negatif
Gambar
4. Bakteri Gram Positif dan Negatif
Pewarnaan gram meliputi
empat proses utama, yaitu pengecatan dengan larutan kristal violet, larutan
mordan, larutan aseton, dan larutan
safranin. Setelah proses pengecetan, diperoleh bakteri
berwarna ungu, dan bakteri berwarna merah. Bakteri yang berwarna ungu biasa
disebut bakteri gram positif/ bakteri tahan asam sedangkan bakteri yang
berwarna merah disebut bakteri gram negatif/ bakteri tidak tahan asam. Pada uji
pewarnaan gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil
ungu, yang membuat semua bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah
muda.
Berdasarkan susunan
dinding selnya, bakteri gram positif memiliki lapisan petidoglikan yang tebal
tetapi tidak memiliki membranluar sehingga dapat mempertahankan warna ungunya.
Sedangkan pada bakteri gram negatif, lapisan peptidoglikan tipis dan memilki
membran luar yang tersusun atas Lipopolisakarisa (LPS) dan protein sehingga
membuat warna dalam dinding sel bakteri tersebut terbuang selama proses
pengaliran dengan air dan pemberian larutan
safranin mengecat bakteri gram negatif menjadi merah (tidak dapat
mempertahankan zat warna ungu). Hal ini didukung oleh pendapat Campbell dan
Reece, (2005) bahwa pada awal pengecatan, semua bakteri akan berwarna ungu,
proses dekolorisasi dan pemberian warna kontraslah yang membedakan antara kedua
jenis bakteri ini. Bakteri gram positif akan menunjukkan warna ungu karena
memiliki lapisan peptidoglikan tebal yang menahan kristal violet selama
pengecatan gram. Sedangkan pada bakteri gram negatif akan berwarna merah akibat
tipisnya dinding peptidoglikan sehingga bakteri gram negatif menjadi merah.
Keberhasilan pewarnaan mikroba ditentukan oleh
beberapa faktor yaitu fiksasi, peluntur warna, sifat substrat, intensifikasi
pewarnaan dan zat warna penutup. Olehnya itu, perlu kehati-hatian saat
melakukan pewarnaan guna berhasilnya pengecatan terhadap mikroba yang akan
diidentifikasi. Fiksasi merupakan proses perlakuan pada
bakteri agar awet atau dapat melekat dengan kuat pada kaca objek. Sedangkan
olesan merupakan pemberian bakteri pada kaca objek.
V.
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Kesimpulan
yang dapat diambil dari kultur murni dan teknik isolasi adalah sebagai berikut :
1. Preparat
pada mikroskop terbagi dua yakni kering dan basa. Preparat kering dibuat
melalui proses pewarnaan, yaitu untuk mengamati mikroba yang telah diwarnai
dengan zat tertentu yang biasanya berhubungan dengan sifat mikroba tertentu.
2.
Bakteri
gram negatif pada teknik pewarnaan akan menghasilkan warna merah dan bakteri
gram positif akan menghasilkan warna ungu.
3. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna , substrat,
intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup.
B. Saran
Sebaiknya disampaikan agar setiap anggota praktikan dapat bekerja
sama dalam melakukan praktikum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar